|
|
BIOGRAFI |
"Jika anda mencari seseorang seperti sayyid Khamenei yang sangat berpegang teguh terhadap Islam dan memiliki jiwa khidmat yang tinggi, sementara landasan hatinya adalah untuk berkhidmat bagi bangsa ini, niscaya anda tidak akan dapati orang seperti dia. Saya sudah bertahun-tahun mengenalnya" (Cuplikan ceramah Imam Khomaini r.a. yang dimuat dalam kitabSahifah-e Nur jilid 17 hal 170) Awal masa kehidupan beliau Pemimpin besar Ayatullah sayyid Ali Al-Khamenei adalah putra kedua dari Hujjatul Islam wal muslimin sayyid Jawad Al-Husaini Al-Khamenei. Beliau dilahirkan pada tanggal 28 shafar 1358 (1940 M). Kehidupan ayah beliau –seperti kebanyakan yang dijalani oleh para ruhaniawan dan pengajar ilmu agama- sangat sederhana sekali. Hal tersebut didukung oleh istri dan anak-anaknya yang juga memiliki jiwa sederhana dan selalu merasa cukup (qana'ah) yang kerap ia ajarkan kepada mereka. Mengenang situasi dan kondisi keluarganya pada masa-masa itu, Sayyid Ali Khamenei berkata: "Ayah saya seorang ruhani terpandang saat itu. Akan tetapi, beliau adalah seorang yang zuhud dan suka mengasingkan diri dari berbagai popularitas. Kehidupan masa itu kami lalui dengan segala kesulitan, sampai saya ingat pada satu malam di rumah tidak ada sesuatu untuk dijadikan makan malam, hingga ibu saya berjerih payah untuk menyediakan makan malam buat kami..... Dan pada malam itu, kami hanya makan roti dan anggur kering saja". (Harian Kaihan tertanggal 16-5-1364 HS) Menyinggung kediaman sang ayah dan keluarga, sayyid Ali berkata: "Di rumah itu saya dilahirkan dan tinggal bersama mereka sampai berusia empat atau lima tahun. Luas rumah kami berkisar antara 60 sampai 70 m, terletak di pemukiman miskin di salah satu sudut kota Masyhad. Rumah itu hanya memiliki satu kamar dan satu ruang bawah tanah (sirdab) yang gelap dan pengap. Mengingat ayah saya seorang ulama dan tempat rujukan masyarakat, tamu pun sering berkunjung ke rumah. Acapkali kedatangan tamu, kami harus pindah untuk sementara ke ruang bawah tanah itu. Kami tetap di sana sampai tamu pulang. Hingga suatu saat, ayah saya mampu membeli sepetak tanah kosong di samping rumah dan membangunnya buat kami. Sejak itulah rumah kami memiliki tiga kamar". (Harian Jumhuri-e Islam tertanggal 20-5-1364 HS) Walaupun Pemimpin Besar Revolusi ini dibesarkan dari keluarga kurang mampu, akan tetapi, beliau terdidik dengan baik, sehingga memiliki jiwa keruhaniawanan dan sosial yang tinggi. Semenjak usia empat tahun, beliau beserta kakak beliau, sayyid Muhammad telah memulai masa pendidikannya. Pada usia tersebut, mereka berdua mulai mempelajari Al-quran. Lalu, dua bersaudara tersebut masuk pendidikan formal sekolah dasar (SD) di salah satu sekolah Islam yang baru didirikan yang bernama Ta'lim-e Diyanat sampai menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama. Pengalaman di Hauzah IlmiahSewaktu masih belajar di Sekolah Menengah Atas (SMU), beliau pun telah memulai mempelajari kitab "Jami'ul Muqaddimat" beserta nahwu dan sharaf. Setelah itu, beliau melanjutkan pendidikan di Hauzah Ilmiah yang dibimbing langsung oleh ayah beliau sendiri dan para staf pengajar lain saat itu. Adapun alasan kenapa keliau masuk pendidikan di Hauzah Ilmiah dan memilih untuk menjadi seorang ruhani, beliau berkata: "Penyebab utama kenapa saya memilih jalan tersebut ialah karena saya tertarik dengan cahaya keruhanian ayah saya. Dan sementara ibu saya pun merasa senang dan banyak memberi semangat kepada saya untuk itu". (Khursyid-e Taban-e Inqilab-e Islami hal 4) Beliau banyak mempelajari berbagai buku sastra Arab seperti jami'ul muqadimat, suyuti dan mughni yang dibimbing langsung oleh guru yang aktif mengajar di dua madrasah "Sulaiman Khan" dan "Nawab", sementara ayah beliau pun selalu mengikuti perkembangan pendidikan putra-putrinya. Oleh karena itu, sayyid Ali Khamenei mempelajari kitab Ma'alim, Syara'i Al Islam dan Syarh Al-Lum'ah di bawah pengawasan langsung ayah beliau dan sempat beberapa saat dibimbing Mirza Mudarris Yazdi. Sedangkan kitab Rasa'il dan Makasib beliau pelajari langsung dari Syeikh Hasyim Qazwini. Kitab Fiqih dan Ushul jenjang pertengahan (sathah) hauzah yang lain beliau pelajari dari ayahanda beliau sendiri. Jenjang pertengahan (sathah) dalam pendidikan hauzah berhasil beliau selesaikan dengan relatif cepat (kurang lebih lima setengah tahun) dan dengan hasil yang menakjubkan. Ayah beliau sangat memiliki peran penting dalam keberhasilan beliau dalam melalui berbagai jenjang pendidikan hauzah yang ada. Di bidang ilmu logika dan filsafat, beliau mempelajari kitab Al Manzhumah karya Sabzawari di bawah bimbingan Al-Marhum Mirza Jawad Agha Tehrani. Sementara kitab-kitab lainya di bawah bimbingan Al-Marhum Syeikh Ridha Aisi. Di Hauzah Najaf AsyrafSejak usia 17 tahun, Ayatullah Khamenei telah memulai pendidikan "bahtsul kharij" di bidang Fiqih dan Ushul di bawah bimbingan seorang marja' besar waktu itu, Al-Marhum Ayatullah Al-Uzhma Milani. Dan pada tahun 1958, dengan maksud untuk menziarahi berbagai tempat suci di Iraq, beliau bertolak menuju Najaf Asyraf (Iraq). Di sana, beliau mendapat kesempatan untuk mengikuti berbagai pelajaran "bahtsul kharij" di bawah bimbingan langsung para mujtahid besar Hauzah Najaf, seperi Al-Marhum Muhsin Al-Hakim, Sayyid Abul Qosim Al-Khu'i, Sayyid Mahmud Syahrudi, Mirza Baqir Zanjani, Sayyid Yahya Yazdi dan Mirza Hasan Bujnuwardi. Setelah melihat kecocokan situasi belajar-mengajar dan berbagai bentuk penelitian yang ada, maka beliau pun bermaksud untuk menetap di sana. Akan tetapi, ayah beliau tidak mengizinkan sehinga beberapa saat setelah bermukim di sana beliaupun kembali ke Masyhad. (Harian "Ettela'at" tertanggal 17-10-1373 HS). Di Hauzah QomAyatullah Khamenei mempelajari jenjang penddikan tingkat tinggi (Bahtsul Kharij) di bidang Ushul, Fiqih dn filsafat semenjak tahun 1943 hingga 1959 di kota suci Qom di bawah bimbingan langsung tokoh-tokoh utama Hauzah pada saat itu, seperti Ayatullah Al-Uzhma Burujurdi, Imam Khomeini, Syeikh Murtadha Al-Hairi Yazdi dan Allamah Thaba'tabai. Dan pada tahun 1965, dari surat-menyurat yang beliau lakukan dengan ayah beliau, akhirnya beliau tahu bahwa salah satu mata ayah beliau buta dikarenakan sakit mata. Hal tersebut menyebabkan beliau prihatin sehingga beliau bimbang antara memilih tetap tinggal di Qom untuk melanjutkan pelajaran di Hauzah dengan berbagai keagungannya atau memilih kembali ke Masyhad untuk menjaga dan merawat ayah beliau. Akhirnya, Ayatullah Khamenei memutuskan dengan niat demi mendapat keridhaan Ilahi, untuk meninggalkan kota suci Qom dan beranjak menuju Masyhad demi merawat ayah beliau. Dalam mengenang hal tersebut beliau berkata: "Lantas saya beranjak menuju Masyhad. Di sana Allah banyak sekali mengaruniakan taufik-Nya kepada saya sehinga saya tetap bisa menjalankan kewajiban dan pekerjaan saya ". (Khaterat wa hikayatha jilid 1 hal 27-30) Ayatullah Khamenei telah memilih jalan terbaik dari dua arah yang beliau hadapi walaupun sebagian para pengajar dan sejawat beliau menyesalkan kenapa beliau begitu cepat meninggalkan hauzah di Qom. Mereka beranggapan, jika beliau tetap tinggal dan menetap di Qom, niscaya beliau akan menjadi lebih baik di masa mendatang. Akan tetapi, waktu tela mmbuktikan bahwa apa yang beliau pilih adalah benar dan takdir Ilahi telah menetapkan sesuatu yang lain dan lebih baik dari apa yang mereka sangka atas beliau. Mana ada orang yang menyangka bahwa seorang pemuda berusia 25 tahun yang memiliki potensi besar meninggalkan kota suci Qom menuju Masyhad untuk mendapat ridha Ilahi dan untuk berkhidmat pada ke dua orang tuanya lantas 25 tahun kemudian menjadi pemimpin atas segala urusan kaum muslimin (wali amril muslimin)?! Selama menetap di Masyhad, beliau tidak meninggalkan pelajarannya kecuali di hari-hari libur, sewaktu berjuang melawan rezim Pahlevi dan sewaktu di penjara ataupun sedang bebepergian. Hingga tahun 1968, secara resmi pelajaran-pelajaran beliau di bidang fiqih dan ushul berada di bawah bimbingan guru-guru besar hauzah Masyhad, khususnya Ayatullah Milani dan terus berlanjut semenjak tahun 1965. Berdomisili di Masyhad selain untuk belajar dan berkhidmat kepada ayah dan ibu yang telah lanjut usia dan sakit-sakitan, beliau juga sibuk mengajar Fiqih, Ushul dan berbagai pengetahuan agama yang lain kepada para santri muda dan mahasiswa. (Syahid no 12) Aktif dalam gerakan politikAyatullah Khamenei mengaku bahwa dirinya adalah: "Salah satu murid Imam Khomeini r.a. di bidang Fiqih, Ushul, politik dan revolusi", (Majalah "Surush" no 115) Akan tetapi, bara politik, pergerakan dan permusuhan terhadap "thaghut" beliau dapati pertama kali dari sayyid Mujtaba Nawab Shafawi, seorang mujahid besar yang gugur di jalan Islam dan hal itu begitu melekat di hati sanubari beliau. Ketika sayyid Nawab Shafawi pada tahun 1953 disertai beberapa teman seperjuangannya datang ke Masyhad dan di madrasah "Sulaiman Khan" berceramah dengan penuh semangat perjuangan dan membangkitkan gairah berjuang untuk menghidupkan kembali Islam dan menegakkan hukum Ilahi dengan menjelaskan dan menyingkap tipu daya rezim Reza Pahlevi dan Inggris dalam memperdaya bangsa Iran. Saat itu Ayatullah Khamenei adalah salah satu santri muda di madrasah "Sulaiman Khan" tersebut dan sejak saat itu, ceramah sayyid Nawab Shafawi sangat berpengaruh pada diri beliau. Beliau berkata: "Sejak saat itu, semangat dan bara revolusi Islam telah berkobar pada diri saya berkat Nawab Shafawi dan tidak saya ragukan lagi bahwa Nawab Shafawilah yang telah menyulut bara tersebut dalam jiwa saya". (Khusyid-e taban-e inqilab hal 10-11) Mendampingi Perjuangan Imam Khomeini r.a.Pada tahun 1963, Ayatullah Khamenei datang kembali ke kota Qom untuk mendampingi Imam Khomeini r.a. memulai gerakan revolusi dalam menentang rezim Muhamad Reza Pahlevi, anak emas Amerika. Dalam memasuki ajang percaturan politik selama 16 tahun penuh dengan berbagai macam pahit dan getir perjuangan mencakup penyiksaan, penahanan maupun pengasingan, namun beliau sama sekali tidak merasa takut atas segala bahaya yang selalu mengancam. Di bulan Muharram pada tahun 1963 untuk pertama kalinya Imam Khomeini r.a. memberikan mandat kepada beliau untuk menyampaikan pesan buat Ayatullah Milani dan segenap ulama di propinsi Khurasan berkenaan dengan agenda dakwah para ruhaniawan pada bulan Muharram untuk memporak-porandakan sistem politik rezim Pahlevi sebagai antek-antek Amerika dan menjelaskan situasi terakhir Iran dan segala kejadian yang terjadi di kota suci Qom. Akhirnya, beliau pun berhasil melaksanakan mandat tersebut dengan baik. Kemudian beliau bertolak menuju kota Birjan untuk bertabligh. Di sana beliau menyampaikan pesan-pesan Imam Khomeini kepada masyarakat setempat untuk menentang sistem politik rezim Pahlevi dukungan Amerika. Pada hari ke-9 bulan Muharram (taun 1964), beliau ditahan dan setelah satu malam mendekam di dalam sel, beliaudibebaskan dengan syarat tidak boleh naik mimbar lagi dan terus diawasi. Setelah peristiwa berdarah 15 khurdad (di Qom), beliau ditangkap kembali dan dibawa dari Birjan ke Masyhad lalu diserahkan ke tahanan militer setempat, dan di situ beliau merasakan berbagai bentuk penyiksaan dan gangguan yang amat menyakitkan. (Khaterat wa hekayatha jilid 1 hal 21-23) Penangkapan KeduaDi tahun 1966 bertepatan dengan Ramadhan 1383, Ayatullah Khamenei beserta beberapa rekan beliau sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, beranjak menuju kota Kerman selama 2 atau 3 hari. Di sana beliau melaksanakan berbagai kegiatan, seperti ceramah di berbagai mimbar dan berjumpa dengan para ulama dan pelajar setempat. Kemudian, beliau beserta rekan-rekan beranjak menuju kota Zahedan. Di sana ceramah-ceramah beliau yang membangkitkan dan mengobarkan semangat –khususnya yang terjadi pada tanggal 6 Bahman di hari peringatan pemilu dan referendum bikinan Syah Iran- sangat mendapat perhatian khusus masyarakat. Dan pada tanggal 15 Ramadhan bertepatan dengan hari lahirnya Imam Hasan Al-Murtadha a.s., keberanian beliau untuk terang-terangan mengkritik dan mengecam sistem politik rezim Syah sampai pada puncaknya yang menyebabkan pada malam harinya beliau ditangkap oleh dinas intelejen rezim Syah (Savak), lantas dibawa ke Teheran dengan memakai pesawat terbang. Di sana beliau disekap dalam sel konsentrasi di penjara "Kazal Kaleh" selama 2 bulan. Berbagai hinaan dan siksaan beliau rasakan di sel tersebut. Penangkapan ketiga dan keempatBerbagai kelas di bidang tafsir, hadis dan ilmu-ilmu keislaman yang lain beliau bentuk di Tehran dan Masyhad dengan disambut dan dihadiri oleh banyak sekali kalangan muda berjiwa revolusioner yang menjadikan kemarahan dinas intelejen Savak, sehingga beliau terus menerus diintai dan dimata-matai (Harian "Ittela'at" no 30387 tertanggal 17-10-1373 HS). Mengetahui hal tersebut, maka pada tahun 1967, beliau tinggal secara diam-diam di kota Tehran. Akan tetapi, setahun kemudian (1968 M), beliau tertangkap lalu dipenjara. Dikarenakan hal yang sama pula, yaitu melakukan berbagai aktifitas seperti melangsungkan berbagai pertemuan, majlis-majlis ta'lim juga melakukan bermacam-macam kegiatan dalam rangka pencerahan ilmu dan reformasi pemikiran, akhirnya beliau ditankap dan dipenjara kembali. Hal tersebut terjadi pada tahun 1971. Penangkapan kelimaBekenaan dengan penangkapan kelima, marilah kita simak tulisan beliau sendiri berkenaan hal itu: Dari sejak tahun 1970 telah ditengarai adanya gerakan bersenjata bawah tanah. Para petugas keamanan rezim - dengan berbagai bukti - tidak ragu lagi akan keterlibatan saya dalam gerakan tersebut. Akhirnya pada tahun 1972 saya dijebloskan kembali ke penjara. Di dalam penjara kali ini betul-betul tampak dengan jelas perlakuan para savak terhadap para tapol di penjara Askara, khususnya setelah mereka melihat adanya hubungan yang jelas dan tidak dapat dipisahkan antara gerakan bersenjata dengan pusat-pusat pencerahan pemikiran dan da'wah Islam, termasuk di dalamnya kegiatan-kegiatan pengajian saya di Masyhad dan Teheran. Namun setelah saya dibebaskan pengajian tafsir dan ideologi yang dolakukan dengan sembunyi-sembunyi bertambah besar dan banyak pengikutnya. (Harian "Ettela'at" tertanggal 17-10-1373 HS). Penangkapan keenamDiantara tahun 1972-1975 pengajian Tafsir dan Ideologi di Masyhad dilakukan di tiga tempat; Mesjid Karamat, Mesjid Imam Hasan dan Mesjid Mirza Ja'far dan dihadiri oleh ribuan orang yang haus akan ceramah beliau, khususnya dari kalangan pemuda dan pelajar yang tercerahkan dan revolosioner. Begitu juga pengajian Nahjul Balaghagah beliau mendapatkan sambutan yang luar biasa, bahkan dibukukan dalam sebuah diktat dengan judul "pancaran cahaya Nahjul Balaghah" Para pemuda dan pelajar yang hadir memperbanyak diktat tersebut dan membawanya ke berbagai desa dekat dan jauh untuk disampaikan kepada masyarakat, sehingga mereka tercerahkan dengan pemikiran-pemikiran penting Nahjul Balaghah dan akhirnya menjadikan mereka siap untuk melaksanakan sebuah revolusi islam yang besar. Oleh karena itulah pada bulan Januari 1975 datanglah beberapa personal savak ke rumah beliau di Masyhad. Dengan kejam mereka menggerebek rumah, menangkap beliau dan menyita banyak tulisan dan diktat-diktat beliau. Ini merupakan penangkapan yang keenam, dan sekaligus merupakan masa-masa sulit, penuh kekejaman dan penyiksaan yang beliau hadapi selama satu tahun di dalam sel penjara, sehingga tak seorang pun kata beliau akan memahami dahsyatnya penyikasaan, kecuali melihat dengan kepala mata sendiri. Setelah dibebaskan beliau kembali ke Msyhad dan melanjutkan pengajian dan kegiatan keagamaan dan revolusioner seperti biasanya, namun pengajian terbuka dan besar sudah tidak lagi dapat dilakukan. Masa PengasinganRezim Pahlevi pada akhir tahun 1977 menangkap kembali beliau dan mengasingkannya ke kota Iransyahr selama tiga tahun, namun pada pertengahan tahun 1978 perlawanan rakyat revolusioner Iran mencapai puncaknya, maka beliau akhirnya dibebaskan dan kembali ke Masyhad bergabung di garis depan dengan para pejuang lainnya melawan para personal savak. Dan akhirnya dicapailah hasil manisnya perjuangan yang penuh dengan penyiksaan, rasa pahit dan melelahkan selama lima belas tahun tersebut dengan kemenangan revolusi Islam dan jatuhnya pemerintahan rezim Pahlevi yang diktator, serta berdirinya pemerintahan Islam. Di Ambang KemenanganDi ambang kemenangan revolusi Islam, sebelum kembalinya Imam Khomeini dari Paris ke Teheran, beliau ikut serta dalam pendirian Syura iy inqilab Islamiy (komite revokusi Islam) atas perintah Imam Khomeini bersama Syahid Muthahhari, Syahid Behesyti, Hasyemi Rafsanjani dan Musawi Ardabeliy. Pesan khusus Imam Khomeini kepada beliau disampaikan oleh syahid Muthahhari, dan setelah beliau terima, beliau langsung meninggalkan Masyhad menuju Teheran. Pasca RevolusiAyatullah Khamenei setelah revolusi Islam seperti sebelumnya dengan penuh semangat dan kegigihan yang tidak ada bandingannya, beliau terjun dalam kegiatan-kegiatan penting keislaman dalam rangka mendekatkan pada tujuan-tujuan revolusi. Dalam tulisan yang singkat ini akan disebutkan beberapa kegiatan dan tugas penting yang beliau emban, al: 1.Pemikiran Islam dalam Al Quran secara global. (Tharhe Kulliy Andisyi ye Islamiy Dar Qur an) 2.Sholat (Az Zhirfa ye Namaz) 3.Makalah dalam bab kesabaran (Guftare Dar Shabr) 4.Empat kitab standar dalam ilmu Rijal (Chor Kitab Ashliy Dar Ilmi Rijal) 5.Wilayah (Wilayat) 6.Catatan historis dan masakini hauzah ilmiyah Masyhad (Guzaresyi Az sabeqeye Tarikhiy Wa Awdha’i Kununiy Hauzeye IlMiye Masyhad) 7.Pemimpin yang benar (Pisywaye Shadeq) 8.Persatuan dan partai (Wahdat Wa Tahazzub) 9.Seni dalam pandangan Ayatullah Khamenei (Hunar Az Didgohe Ayatullah Khamenei) 10. Pemahaman yang benar terhadap agama (Durust Fahmidani Dien) 1.Perdamaian Imam Hasan oleh Radhiy Al Yasin (Shulhul Imam Hasan) 2.Masa depan dalam pandangan Islam oleh Sayyid Quthub (Oyandeh dar Qalam Ruwe Islam) 3.Muslimin dalam kebangkitan pembebasan India, oleh Abd. Mun’im Namiriy Nashriy (Musalman Dar Nehdzate Azadiy Hindustan) 4.(Iddi’a Nameh ‘Alayhi Tamaddune Gharb) 5. dll. |
No comments:
Post a Comment