Popular Posts

Friday, December 28, 2007

Selamat Hari Raya Ghadir Mubarak..



















Alhamdulillah allazi ja'alana minal mutamassikin bi Wilayati
Amirul Mukminin Al Haidar Ali Ibni Abi Thalib (as)
Best Wishing of Eidul Meesaq. 18 Zulhijjah 1428 H.
Eid Ghadir Mubarak!

Tuesday, December 25, 2007

PESAN HAJI AYATULLAH ALI KHAMENEI (Dzulhijah 1428 H

ImageBismillâhirromânirrohîm
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang

Puji syukur bagi Allah; Tuhan alam semesta. Salawat dan salam atas junjungan kita; Muhammad al-Mustafa, dan atas keluarganya yang termulia serta sahabat-sahabatnya yang terpilih.

Salam kepada para pengunjung rumah Allah Swt, kepada para tamu tanah kekasih, dan kepada para penyambut seruan-Nya! Juga salam khusus kepada hati-hati yang kembali segar karena mengingat Allah Swt, dan yang terus mengetuk pintu limpahan karunia dan rahmat-Nya!

Pada hari-hari ini, pada malam-malam ini, dan pada detik-detik yang mulia ini, betapa banyak manusia yang dengan penuh kesadaran jiwa melepaskan diri mereka ke dalam pesona spiritual, dan menerangi hati dan jiwa mereka dengan bertaubat dan insaf. Mereka membersihkan karat-karat dosa dan kesyirikan dari diri mereka di tengah gelombang rahmat Allah yang datang silih berganti ke tanah suci ini. Salam mulia Allah kepada hati-hati ini, kepada segenap pemilik hati-hati yang bersih.

Sudah sepatutnya semua saudara dan saudari menyadari berkah yang luar biasa ini dan memanfaatkan kesempatan yang besar ini. Jangan sampai—di tanah ini—kesibukan hidup duniawi yang merupakan persoalan rutin kita melalaikan hati-hati kita sendiri. Dengan mengingat Allah Swt, berusaha insaf, memohon dengan penuh kerendahan diri, disertai kehendak yang kuat untuk memegang kebenaran, berbuat kebaikan dan berpikir lurus, serta dengan memohon bantuan dari AllahSwt, marilah tempatkan hati kerinduan kita di ruang tauhid dan penghayatan ketuhanan yang murni, dan marilah membekali diri demi keteguhan jiwa untuk tetap berada di atas jalan Allah yang lurus.

Di tanah inilah, pusaran tauhid yang murni dan sesungguh-sungguhnya. Di tanah inilah, Ibrahim as; sang kekasih Allah Swt, meninggalkan sebuah perwujudan tauhid untuk segenap penganut tauhid di sepanjang sejarah dunia, yaitu penguasaan diri dan kepasrahan sepenuh jiwa di hadapan perintah Allah Swt. Di tanah inilah, Nabi Besar Muhammad saw mengibarkan bendera tauhid di atas kaum mustakbirin dan kekuatan-kekuatan yang zalim, serta mengajarkan bahwa penolakan terhadap thoghut ‘pihak yang zalim’—di samping keimanan kepada Allah Swt—merupakan syarat keselamatan. Maka, barangsiapa menolak thoghut dan beriman kepada Allah, sungguh ia telah berpegang teguh kepada tali yang kuat. (QS. al-Baqarah:256)

Dan haji adalah upaya meninjau ulang dan mencerap pelajaran-pelajaran agung ini. Berlepas tangan dari kaum musyrikin dan menolak berhala-berhala berikut penyembah-penyembahnya merupakan ruh yang berkuasa atas ibadah haji kaum mukminin. Setiap tempat haji adalah ruang perwujudan dari berpasrah diri kepada Allah, sa‘i ‘berusaha’ dan bekerja di jalan-Nya, berlepas tangan dari setan, romyu ‘melontar’ dan mengusir setan serta berdiri melawannya. Dan setiap tempat haji adalah wujud persatuan dan solidaritas segenap umat yang menghadap Kiblat, peleburan perbedaan yang alami dan yang dibuat, serta penampakan kesatuan dan persaudaraan iman mereka.

Semua ini adalah pelajaran-pelajaran yang harus ditimba oleh kita sebagai umat Islam dari belahan dunia manapun, sehingga atas dasar itulah kita merencanakan hidup dan masa depan kita.

Al-Quran meyakinkan kita bahwa berdiri kuat di hadapan musuh-musuh, bersikap lembut dan penuh cinta kepada sesama muslim, dan beribadah serta tunduk khusyuk di hadapan Allah Swt adalah tiga kriteria masyarakat Islami. Muhammad adalah utusan Allah, dan mereka yang berada bersamanya adalah orang-orang yang keras terhadap kaum kafir, namun penuh kasih sayang di antara mereka sendiri, kamu akan melihat mereka dalam keadaan rukuk dan sujud sambil menantikan kebaikan dari Allah dan keridhaan …(QS. al-Fatah: 29) Inilah tiga pilar utama untuk menegakkan bangunan umat Islam yang kuat dan bermartabat.

Atas dasar kenyataan ini, setiap muslim dapat mengetahui dengan baik titik-titik lemah dunia Islam sekarang.

Kini, musuh umat Islam adalah pihak-pihak yang mengelola pusat-pusat arogansi dan kekuatan-kekuatan serakah serta zalim. Dalam pandangan mereka, kesadaran umat Islam merupakan ancaman besar bagi kepentingan-kepentingan ilegal dan kekuasaan despotik mereka atas dunia Islam. Semua mukminin, khususnya para pelaku politik, para ulama dan pemikir serta pemimpin bangsa dari setiap negara, sudah seharusnya menggalang barisan persatuan Islam sekuat mungkin dalam menghadapi musuh zalim ini. Sudah seharusnya kita menghimpun unsur-unsur kekuatan dan membangun ketahanan umat Islam dengan benar.

Ilmu pengetahun, manajemen, sistem penyelenggaraan, kesadaran penuh, rasa tanggung jawab dan komitmen, tawakal dan kepercayaan kepada janji Allah Swt, mengenyampingkan keinginan-keinginan hina dan tak berarti demi mendapatkan keridhaan Allah Swt, beramal atas dasar tugas … semua itu adalah unsur-unsur dasar kekuatan umat Islam yang akan mengangkat mereka untuk tampil merdeka, berwibawa, dan maju, baik secara materiil maupun spiritual. Unsur-unsur itu pula yang akan menggagalkan musuh dalam upaya mereka melakukan tekanan dan campur tangan di dalam negeri-negeri Muslim.

Kasih sayang antarsesama mukminin adalah pilar kedua dan kriteria lain untuk membangun kondisi yang baik bagi umat Islam. Perpecahan dan pertikaian di tengah umat Islam merupakan penyakit yang sangat membahayakan, yang harus segera ditangani dengan segenap kemampuan. Sudah sejak lama, musuh-musuh kita bekerja dan berusaha tak henti-hentinya dalam masalah (perpecahan) ini. Dan mereka sekarang, di era kebangkitan Islam yang telah membuat mereka cemas dan takut, semakin meningkatkan kerja dan usaha keras mereka. Semua pesan pihak-pihak yang prihatin akan masalah ini ialah hendaknya perbedaan-perbedaan itu tidak berubah menjadi pertentangan, juga keragaman itu tidak semestinya berakhir dengan permusuhan.

Bangsa Iran telah mengangkat tahun ini dengan nama “Tahun Solidaritas Islam”. Penamaan ini dilakukan atas dasar kesadaran akan siasat dan perencanaan musuh-musuh yang semakin serius dalam rangka menebarkan perpecahan di tengah saudara-saudara seiman. Di Palestina, di Lebanon, di Irak, di Pakistan, dan Afganistan. Di negara-negara itu, siasat dan konspirasi telah dijalankan sehingga sebagian warga di sebuah negara Muslim bangkit bermusuhan dengan sesama warga lainnya, dan bahkan sampai menumpahkan darah mereka. Dalam semua kasus dan kejadian yang pahit ini, tampak sekali jejak-jejak siasat itu di sana. Semua mata yang jeli telah melihat tangan musuh-musuh itu.

Perintah “penuh kasih sayang di antara sesama mereka sendiri” yang terdapat dalam al-Quran bermakna mencabut akar-akar permusuhan. Di hari-hari yang penuh keagungan ini, dan dalam manasik-manasik haji yang bermacam-macam ini, kalian melihat Muslim yang datang dari berbagai penjuru dan dari berbagai mazhab tengah berkumpul di satu rumah; semua berdiri untuk salat ke arah satu Kiblat; semua serempak melontar lambang setan terkutuk; semua dengan satu cara berkurban dan menyembelih angan-angan serta keinginan-keinginan hawa nafsu; semua berdampingan untuk berdoa dengan kerendahan hati di padang Arafah dan Masy‘ar. Dalam kepercayaan-kepercayaan yang paling mendasar, dan dalam sebagian besar kewajiban dan hukum, semua mazhab Islam saling berdekatan satu sama lain dengan tingkat yang sama. Meski demikian, kenapa lalu fanatisme dan prasangka-prasangka harus menyala di antara mereka, sehingga tangan busuk musuh membuatnya menjadi semakin membakar?

Sekarang, ada orang-orang yang—karena pikiran dangkal dan kurang akal, dan dengan alasan-alasan yang tak berdasar—menganggap sebagian besar Muslim sebagai orang-orang musyrik, bahkan menghalalkan darah mereka. Orang-orang itu, sadar atau tidak, sedang bekerja untuk kepentingan syirik, kekufuran, dan kekuatan-kekuatan zalim. Betapa banyak orang yang menyebut penghormatan kepada makam Rasulullah saw, para wali, dan imam-imam agama—salam atas mereka semua—dengan label syirik dan kafir, padahal penghormatan itu adalah semacam penghormatan dan ketaatan kepada agama. Akan tetapi, mereka sendiri justru telah bekerja untuk kepentingan orang-orang kafir dan zalim, dan terlibat dalam keberhasilan siasat-siasat kotor mereka.

Ulama-ulama sejati, pemikir-pemikir yang berkomitmen, dan pemimpin-pemimpin yang tulus sudah seharusnya memerangi gejala-gejala yang membahayakan semacam itu.

Persatuan dan solidaritas Islam pada masa sekarang ini sudah merupakan kewajiban yang pasti; yang dapat dibangun dengan kerja sama di antara para tokoh dan pihak-pihak yang prihatin akan hal ini.

Dua pilar kekuatan ini—yakni penggalangan barisan yang kuat di hadapan kekuatan-kekuatan zalim dari satu sisi; dan kasih sayang, kebersamaan, dan persaudaraan antarsesama Muslim dari sisi lain—manakala dilapisi dengan pilar ketiga—yaitu ketundukan dan penghambaan diri di hadapan Allah Swt—umat Islam secara berangsur akan maju di jalan yang telah menuntun muslimin di era awal kemunculan Islam sampai di puncak kejayaan dan kebesaran, dan akan menyelamatkan bangsa-bangsa Muslim dari keterbelakangan yang menurunkan harga diri; keterbelakangan yang sepanjang beberapa abad terakhir ini dipaksakan atas mereka. Awal perubahan besar ini telah dipelopori, dan berbagai gelombang kebangkitan di semua titik dunia Islam sedikit banyaknya telah bergerak. Media-media massa dan propaganda-propaganda musuh dan agen-agennya sedang berusaha keras untuk menghubung-hubungkan setiap gerakan kemerdekaan dan tuntutan keadilan di belahan dunia Islam manapun dengan Iran atau Syi’ah. Sedangkan Iran sendiri—yang aktif sebagai salah satu pelopor sukses dalam kebangkitan Islam—dianggap oleh mereka sebagai pihak yang harus bertanggung jawab atas pukulan-pukulan terhadap mereka yang dilakukan oleh kekuatan-kekuatan yang peduli di dalam negara-negara Muslim, baik di bidang politik ataupun budaya. Dengan membuat tuduhan-tuduhan seperti Iranisme atau Syi’ahisme, mereka berusaha membuat orang curiga terhadap semangat kepahlawanan luar biasa Hizbullah dalam perang 33 hari, terhadap ketegaran yang bijak bangsa Irak yang berujung pada pembentukan parlemen dan pemerintahan yang tak dikehendaki kekuatan-kekuatan pendudukan asing di sana, terhadap kesabaran dan konsistensi menakjubkan dari pemerintahan yang sah dan bangsa yang berkorban di Palestina, dan terhadap sekian banyak lagi tanda-tanda kebangkitan baru Islam di negara-negara Muslim. Akan tetapi, siasat ini tidak akan bisa melawan hukum Allah; yaitu kemenangan para pejuang di jalan-Nya dan kaum pembela agama-Nya.

Masa depan adalah milik umat Islam. Dan setiap orang dari kita dapat mempercepat masa depan itu sesuai dengan andil, kesanggupan, kapasitas, dan tanggung jawab masing-masing.

Dan bagi kalian, para jemaah haji yang beruntung, manasik-manasik haji ini adalah sebuah kesempatan yang besar sehingga kita mempersiapkan diri lebih daripada sebelumnya dalam rangka mengemban tugas ini. Adalah sebuah harapan; semoga taufik Allah Swt dan doa Imam Mahdi Yang Dijanjikan—semoga Allah mempercepat kehadirannya—membantu kita dalam mencapai tujuan yang besar ini.

Wassalamu‘alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Sayyid Ali Husaini Khamenei
4 Dzulhijah 1428 H

Friday, December 21, 2007

12 khalifah ALLAH SWT

Rasulullah SAWW bersabda yang bermaksud:

" Wahai manusia aku tinggalkan kepada kamu, sekiranya kamu berpegang
teguh kepada kedua-duanya nescaya kamu tidak akan sesat selama-lamanya,
Kitab Allah dan Itrahku Ahlul Baytku." [Sunan Tirmidzi]

Dari Amir bin Sa'ad bin Abu Waqqas RA, katanya:"Aku berkirim surat kepada Jabir bin Samurah melalui pelayanku Nafi", meminta kepadanya supaya dia dapat mengkhabarkan kepadaku hadis yang pernah didengarnya dari Rasulullah SAWW. Dia membalas suratku sebagai berikut:"Aku mendengar Rasulullah SAWW bersabda pada hari Juma'at petang, iaitu ketika seorang suku Aslam direjam, sabdanya: Din ini (Islam) akan sentiasa tegak hingga hari Qiamat, atau sampai berlalunya 12 khalifah memerintah, yang kesemuanya dari Quraisy. Aku mendengarnya pula beliau bersabda, 'satu kelompok kaum Muslimin akan menakluki Istana Putih Kisra.' Dan aku mendengar pula beliau bersabda, 'sebelum terjadi hari Qiamat akan muncul Dajjal, maka waspadalah terhadap mereka.' Aku mendengar pula beliau bersabda,'jika Allah mengurniakan kamu kebaikan, pertama-tamanya manfa'atkanlah untuk dirimu sendiri dan untuk keluargamu.' Aku mendengar juga beliau bersabda, 'Aku lebih dahulu dan menunggu di al-Haud.'

Tek Hadith yang bergaris di atas (12 khalifah) adalah di bawah ini. Sila rujuk Sahih Muslim, Jilid IV, Bab Imarah, Hadith 1789.


Hadith-hadith yang menghadkan pengganti Nabi Muhammad SAWW kepada 12 orang, telah diriwayatkan oleh sejumlah ulama Muslimin dari kalangan Ahlul Sunnah dan Syiah di dalam Sahih-sahih dan Musnad-musnad mereka. Berikut di senaraikan beberapa riwayat dari kalangan Ahlul Sunnah yang menghadkan pengganti Nabi Muhammad SAWW kepada 12 orang khalifah.

Ahmad bin Hanbal di dalam Musnadnya meriwayatkan hadith ini daripada Syabi daripada Masruq berkata:

" Kami berada di sisi Abdullah bin Masud yang sedang memperdengarkan
bacaan al-Qur'an kepada kami. Tiba-tiba seorang lelaki bertanya kepadanya;
Wahai Abu Abdul Rahman! Adakah anda telah bertanya Rasulullah SAWW berapakah
ummat ini memiliki khalifah?" Abdullah bin Masud menjawab: "Tiada seorangpun
bertanya kepadaku mengenainya semenjak aku datang ke Iraq sebelum anda."
Kemudian dia berkata: "Ya! Sesungguhnya kami telah bertanya kepada Rasulullah
SAWW mengenainya. Maka beliau SAWW menjawab: " Dua belas(khalifah) seperti
bilangan naqib Bani Isra'il."

Di dalam riwayat yang lain Ahmad bin Hanbal meriwayatkan daripada Jabir bin Samurah, sesungguhnya dia berkata:

" Aku mendengar RAsulullah SAWW bersabda semasa Haji Wida':
" Urusan agama ini masih pada zahirnya ditangan penentangnya dan tidak
akan dihancurkan oleh orang-orang yang menyalahinya sehingga berlalunya
dua belas Amir, semuanya daripada Quraisy."

Muslim di dalam Sahihnya meriwayatkan daripada Jabir bin Samurah sesungguhnya dia berkata:

" Aku bersama bapaku berjumpa Rasulullah SAWW. Maka aku mendengar
Nabi SAWW bersabda: "Urusan 'ini' tidak akan selesai hingga berlaku pada
mereka dua belas khalifah." Dia berkata: Kemudian beliau bercakap dengan
perlahan kepadaku. Akupun bertanya bapaku apakah yang diucapkan oleh beliau?
Dia menjawab: "Semuanya daripada Quraisy."

Muslim juga meriwayatkan di dalamnya Sahihnya daripada Nabi SAWW beliau bersabda:

"Agama sentiasa teguh sehingga Hari Qiamat dan dua belas khalifah memimpin
mereka, semuanya daripada Quraisy." Di dalam riwayat lain Urusan manusia
berlalu dengan perlantikan dua belas elaki dari Quraisy" Sentiasa Islam
itu kuat sehingga kepada dua belas khalifah daripada Quraisy" dan " Sentiasa
ugama ini kuat dan kukuh sehingga ua belas khalifah daripada Quraisy."[Sila
rujuk Kitabul Imarah, Sahih Muslim, Cairo, 1955, Jilid II, hlm.,1542-1543]

Ibn Hajr di dalam al-Sawa'iq al-Muhriqah meriwayatkan daripada Jabir bin Samurah bahawa Nabi SAWA bersabda:

"Selepasku akan diikuti oleh dua belas khalifah."

Al-Qunduzi al-Hanafi di dalam Yanabi al-Mawaddah bab 95, meriwayatkan bahawa Jabir bin Abdullah berkata:

" Rasulullah SAWW bersabda: " Wahai Jabir! Sesungguhnya
para wasiku dan para imam selepasku pertamanya Ali kemudian Hasan kemudian
Husain kemudian Ali bin Husain. Kemudian Muhammad bin Ali al-Baqir. Anda
akan menemuinya wahai Jabir sekiranya anda mendapatinya, maka sampaikan
salamku kepadanya. Kemudian Ja'far bin Muhammad, kemudian Musa bin Ja'far,
kemudian Ali bin Musa, kemudian Muhammad bin Ali, kemudian Ali bin Muhammad,
kemudian Hasan bin Ali. Kemudian al-Qaim namanya sama dengan namaku dan
kunyahnya adalah kunyahku, anak Hasan bin Ali. Dengan beliaulah Allah akan
membuka seluruh pelusuk bumi di Timur dan di Barat, dialah yang ghaib dari
penglihatan. Tidak akan percaya kepada imamahnya melainkan orang yang telah
diuji hatinya oleh Allah SWT. Jabir berkata: Wahai Rasulullah! Adakah orang
ramai boleh mengambil faedah darinya ketika ghaibnya? Beliau menjawab:"
Ya! Demi yang mengutuskan aku dengan kenabian sesungguhnya mereka mengambil
cahaya daripada wilayahnya ketika ghaibnya, seperti orang ramai mengambil
faedah dari matahari sekalipun ianya ditutupi awan." Ini adalah rahsia-rahsia
ilmu Allah yang teersembunyi. Justeru itu rahsiakanlah mengenainya melainkan
kepada orang yang ahli.

Lantaran itu tidak menghairankan jika Syaikh Sulaiman al-Balkhi al-Hanafi menyatakan:

" Hadith imam dua belas tidak sesuai jika dimaksudkan dengan Khulafa' al-Rasyidin
kerana mereka kurang daripada 12. Dan ianya juga tidak sesuai dengan khalifah-khalifah
dari Bani Umayyah kerana mereka lebih dari 12. Semua mereka adalah zalim
selain Umar bin Abdul Aziz, dan mereka pula bukan dari Bani Hasyim kerana
Nabi bersabda: Semua mereka mestilah dari Bani Hasyim. Dan ianya juga tidak
sesuai dengan khalifah-khalifah dari Bani Abbas kerana mereka lebih daripada
12. Mereka juga menindas anak cucu Rasulullah SAWW dan melanggar suruhan
al-Qur'an. Oleh itu satu cara untuk mentafsirkan hadith itu ialah dengan
menerima 12 imam dari Ahlul Bayt Rasulullah SAWW kerana  merekalah
yang paling alim, paling bertaqwa, mempunyai sifat-sifat yang paling baik,
paling tinggi nasabnya dan lebih mulia di sisi Allah, dan ilmu-ilmu mereka
diambil dari bapa-bapa mereka yang berhubung rapat dengn moyang mereka
Muhammad SAWW."

Pengangkatan Khalifah, Nas atau Musyawarah?

Semua ulama sependapat bahwa apabila sesuatu masalah telah ditetapkan oleh Allah Ta’ala dan Rasul-Nya secara jelas, maka memilih yang lain dari itu tidaklah dibolehkan. Dengan kata lain, apabila telah ada nas (nash), maka orang tidak boleh berusaha mencari hukum yang lain daripada yang telah ditetapkan nas. Apabila telah ada nas tentang sesuatu, maka tidaklah boleh melakukan ijtihad mengenai masalah tersebut. Demikian pula tentang pemilihan. Allah Ta’ala berfirman:

“Tuhanmu telah berfirman dan memilih apa yang Ia kehendaki. Bagi mereka tiada pilihan. Mahasuci Allah dan Maha Tinggi diatas sekutu-sekutu yang mereka persekutukan denganNya.” [ Al-Qashash:68 ]

Ayat ini menunjukkan dengan tegas bahwa manusia tidak boleh memilih selain apa yang telah dipilih oleh Allah Ta’ala. Dalam surah yang lain, Allah Ta’ala berfirman:

“Ingatlah, kepunyaanNya ciptaan dan perintah.” [ Al-A’raf: 54 ]

Sebab turunnya ayat yang terkutip diatas itu, menurut ahli tafsir sunni, al-hazm (Al-hazm, tafsir jilid V halaman 195) dan banyak tafsir lainnya, adalah jawaban kepada kaum musyrikin yang menuntut kepada Rasul Allah saw agar dua orang, Walid bin Mughirah di Makkah, dan Urwah bin Mas’ud ats-Tsaqafi di Thaif, diangkat menjadi Nabi atau agar mereka menerima wahyu, sebagaimana tersebut dalam Al-Quran:

“Dan mereka berkata (pula), ‘Mengapa Al-Quran ini tiada diturunkan kepada seseorang yang besar dalam salah satu dari kedua kota (Makkah dan Thaif)?” [ Az-Zukhruf: 31 ]

Maka Allah Ta’ala memberitahukan bahwa Allah tiada akan mengutus seseorang dengan mengikuti pilihan orang lain. Dalam surah al-ahzab, Allah Ta’ala berfirman:

“Tiada dibenarkan bagi orang mukminin dan mukminat, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan sesuatu keputusan, bahwa mereka akan ambil pilihan(lain) dalam soal mereka itu. Barangsiapa yang durhaka kepada Allah dan Rasul Nya, pastilah ia tersesat dalam kesesatan yang nyata.” [Al-ahzab: 36 ]

Allah juga berfirman dalam surah ‘Ali Imran: 154

“Mereka berkata: ‘Apakah ada sesuatu kekuasaan bagi kami?’ Katakanlah, ‘Sesungguhnya kekuasaan adalah urusan Allah.”

Dalam surah Al-Hujarat: 1

“Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul Nya. Tapi taqwalah kepada Allah. Sungguh Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”

Ayat berikut ini ditujukan kepada Ibrahim, dalam Al-Quran:

“Akan kujadikan kau Imam bagi manusia.’ Ibrahim memohon, ‘Dari keturunanku juga, jadikan pemimpin-pemimpin.’ Menjawab (Tuhan) dan berfirman, ‘Janji-Ku tidak berlaku bagi orang yang zalim.” [Al-Baqarah: 124 ]

Ayat ini dengan tegas menunjukkan bahwa kepemimpinan itu janji Allah, sedang manusia tidak mempunyai hak untuk memilih. Kepemimpinan (imamah) adalah hak mutlak dari Allah Ta’ala.

Allah Ta’ala juga berfirman dalam surah Asy-Syura: 38

“Dan urusan mereka dimusyawarahkan antara sesamanya.”

Ayat ini tidaklah bertentangan dengan ayat yang dikutipkan sebelumnya, karena, sebagaimana telah dikatakan, apabila telah jelas nas dari suatu masalah, maka tidak boleh dimusyawarahkan lagi. Perintah Allah serta janji-Nya telah demikian jelasnya, sehingga kaum muslimin tidak boleh lagi memusyawarahkannya.

Demikian pula pada ayat Al Quran:

“Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam (segala) urusan” [‘Ali-Imran: 157 ]

Para Ulama sependapat bahwa segala sesuatu dapat dimusyawarahkan, kecuali yang telah ditentukan Allah dan Rasul-Nya.

Masalahnya sekarang, adakah pengganti Rasul oleh Allah Ta’ala dan Rasul-Nya? Sekiranya tidak ada, maka masalah yang luar biasa pentingnya ini, yaitu pengangkatan pemimpin umat pengganti Rasul, harus dilakukan dengan musyawarah.

Akan tetapi!!!

Pada tahun ke-10 dari hijriahnya Rasulullah saw, terdengar gemuruh gema suara panggilan dan pujian kepada Allah Ta’ala. “Labbaikallahumma labaik, labbaikalaa syarika laka labbaik.” Terdengar disetiap tempat. Kepulan debu dan suara derap langkah dapat terlihat dan terdengar dari kejauhan. Rasulullah saw dan ummatnya sedang melakukan ibadah suci yang diperintahkan Allah Ta’ala. Berbaiat pada ketauhidan dan melepaskan diri dari kemusyrikan. Mendemonstrasikan Keagungan Tuhan dengan nya mewujudkan ketaatan.

Hari ke 18 Dzulhijjah pada tahun itu, merupakan hari yang menjadikan kaum musyrikin berputus asa dari yang mereka cita-citakan. Yaitu terpecah belahnya ummat Islam sepeninggal pemimpin mereka Muhammad saw. Pada hari itu, Allah Ta’ala mengutus malaikat Jibril as menyampaikan tugas yang sangat berat kepada Rasul saw.

“Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang telah diturunkan Tuhanmu kepadamu. Bila engkau tidak melakukannya maka engkau tidak menyampaikan Risalah Tuhanmu. Dan Allah akan menjagamu dari (kejahatan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang kafir. ” [ Q.S 5:67 ]

Allah Ta’ala memerintahkan Rasulullah saw untuk mengumumkan pengangkatan saudaranya Ali bin Abi Thalib as salah seorang dari ahlul baytnya yang telah disucikan Allah Ta’ala ( Q.S 33:33), sebagai pemimpin ummat sepeninggal beliau. Maka itu disuatu lembah (Ghadir) yang dinamakan dengan Khum.

Kisah Ghadir Khum!

Sabda Rasul : “ Barang siapa yang mengakui saya sebagai maulanya, maka inilah saudaranya! Ya Allah cintailah siapa yang memperwalikannya dan musuhilah siapa yang memusuhinya.” ( Musnad Imam Ahmad jilid IV, halaman 370; jilid I halaman 119 )

Dengan kata lain, Ali bin Abi Thalib telah ditunjuk oleh Rasul sebagai penggantinya. Kuatnya hadith Ghadir khum ini tidak dapat disangkal lagi. Diantara para ahli yang menguatkan hadith ini adalah: Imam Ahmad ibn Hanbal, Tirmdzi, Nasa’i, Ibnu Maja, Abu Daud, dan penulis-penulis sunni lain, seperti Ibn Atsir dalam Usdul Ghabah, Ibn Abdil Barr dalam Isti’ab, Ibn ‘Abdi Rabbih dalam “Iqdul Farid, dan Jahizh dalam Utsmainiyyah. Ibnu katsir, ulema sunni, menulis tujuh setengah halaman tentang peristiwa ini.

Ayat Al Quran surah 5:67 , ayat yang terkenal dengan nama Ayat Tabligh (sampaikan) turun dalam peristiwa Ali bin Abi Thalib di Ghadir Khum. As-suyuthi dalam tafsirnya, mencatat riwayat dari Ibn Mas’ud yang mengatakan: “Pada waktu Rasul masih hidup, kaum muslimin membaca ayat itu (dengan pengertian) demikian:

Hai, Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu bahwa ‘Ali adalah wali mukmin, dan jika tiada kau melakukannya, tiadalah kau menyampaikan amanatnya. Allah akan melindungi dari orang (berniat jahat). Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk orang yang ingkar.” ( Suyuthi ad Durrul Mansur, halaman 289 )

Ghadir Khum, tidak mungkin menolaknya!

Paling sedikit dari 110 sahabat Nabi, 84 tabi’in, 355 Ulama, 25 ahli sejarah, 27 ahli hadith, 11 musafir, 18 ahli ilmu kalam, 5 ahli bahasa yang merekamnya. Ini ulasan didapat oleh Husain al Manfuzh, dalam bukunya Tarikh Asy-Syi’ah.

Bukankah sudah jelas kalau pada ayat Tabligh ini, Rasul enggan untuk menyampaikannya, karena akan mendapat tantangan, tapi Allah Ta’ala mengatakan dengan tegas:

“....... Bila engkau tidak melakukannya maka engkau tidak menyampaikan Risalah Tuhanmu. Dan Allah akan menjagamu dari (kejahatan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang kafir. ” [ Q.S 5:67 ]

Maka itu, Ghadir Khum, tidak mungkin menolaknya!

Pesanan Haji 2000


Pesan Haji Pemimpin Besar Revolusi Islam

Ayatullah Uzma Sayid Ali Khamenei

Zulhijjah 1420 H / Mac 2000

"Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): ‘Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Q:2:127)

Saudara dan saudari umat Islam sekalian, para jemaah haji umat Islam, assalamualaikum wr.wb.

Suatu hari dimana Sang Penyeru Besar Tauhid (Ibrahim AS) bersama puteranya, Ismail AS mendirikan fondasi-fondasi Kaabah di tengah-tengah lembah dan gunung-gunung terpencil dan gersang, sejauh apapun kecerdasan akal manusia tidak akan pernah menduga bahwa kelak Kaabah akan menjadi sentral kehangatan iman dan harapan serta kiblat untuk jiwa dan raga. Kaabah sekarang adalah pusat spiritual Dunia Islam dan merupakan arena pertemuan terbesar umat Islam setiap tahun. Ia merupakan sumber yang memancarkan kecintaan dan harapan, ia merupakan samudera pekikan keagungan dan kepercayaan serta merupakan tempat bertemunya aliran-aliran besar suku dan bangsa. Ketulusan para pendirinya serta keridhaan Allah Yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui telah menjadikan benih ini sebagai pohon yang sedemikian rimbun dan penuh ranting.

Apakah umat Islam memanfaatkan sumber ini dengan sepatutnya? Jawaban untuk pertanyaan ini menyakitkan dan mengerikan. Dewasa ini Dunia Islam mengalami berbagai penderitaan yang kronis. Penderitaan-penderitaan ini yang paling krusial boleh jadi ada sepuluh jenis: Pertikaian politik dan mazhab, dekadensi akar-akar moral dan iman, keterbelakangan ilmu pengetahuan dan industri, ketergantungan politik dan ekonomi, royal dan keglamoran serta kesombongan di depan kemiskinan, kelaparan dan kepapaan, lemahnya rasa percaya diri dan rendahnya optimisme terhadap masa depan, pengesampingan dan penceraian agama dari politik dan kehidupan, hilangnya kreativitas untuk menciptakan konsep-konsep baru dimana AlQuran merupakan sumbernya yang abadi, kepasrahan di depan serangan kebudayaan yang dipaksakan oleh Barat, dan terakhir diterinjaknya kehormatan bangsa-bangsa muslim lantaran sebagian pemimpin politik mudah terserang kehinaan dan perbuatan rakus.

Semua penyakit yang sebagian ditimbulkan oleh sebagian yang lain ini sepanjang zaman terwujud dalam pengkhianatan, tidak adanya kemauan, kebodohan dan penindasan oleh unsur-unsur internal atau yang tercipta karena aksi permusuhan, kebiadaban dan kezaliman para musuh. Ini semua merupakan pukulan terbesar yang menimpa umat Islam. Ketidakberdayaan umat Islam adalah akibat dari penyakit-penyakit ini. Satu-satunya jalan keberuntungan dan kesuksesan ialah pembebasan dari penyakit-penyakit ini.

Dewasa ini, kekayaan alam Dunia Islam dirampas, warisan budaya dan pemikirannya yang bernilai sebagian besar tersembunyi dibalik hijab yang terbuat dari kemasan propaganda para pelaku serangan kebudayaan, potensi dan akal para pemudanya disandera, kekuatan mereka dalam konfrontasi militer dan politik musnah, ketidakpedulian moral dan akidah ibarat air kubangan yang menyusup ke dalam lingkungan hidup, pendidikan dan olah raga para pemuda Dunia Islam, kekayaan minyaknya hari demi hari semakin menambah kekayaan perusahaan-perusahaan asing dan para pemungut pajak asing, kekayaan ini bukannya kembali kepada para pemiliknya tetapi malah semakin mengenyangkan musuh-musuh mereka. Di jantung Dunia Islam dan di seluruh pelosoknya – di Asia, Afrika dan Eropa- cambuk kezaliman dan amarah kaum kafir mendera umat Islam. Palestina dan Lebanon dibakar oleh api kekejaman kaum Zionis,…. Semua penderitaan ini tidak membangkitkan para politisi, pemuka agama dan intelektual umat Islam untuk mencarikan solusinya.

Padahal, di semua tempat terdapat berbagai modal yang berharga untuk menegakkan sebuah kondisi baru yang membawa keselamatan, serta terlihat jelas instrumen dan sebuah motivasi yang memadai untuk terciptanya perubahan segenap negara-negara Islam. Sekarang ini, sedikit sekali negara Islam yang terlihat jelas kaum mudanya memiliki sensibilitas dan motivasi Islami, mayoritas penduduknya memiliki komitmen iman yang mendalam, merasa prihatin atas situasi yang ada dan optimis kepada masa depan Islam.

Masalah yang mencegah aktifnya potensi-potensi ini pertama-tama ialah bahwa kekuatan politik di dalam negara-negara itu tidak mengarah kepada aspirasi dan tuntutan-tuntutan tersebut. Dan dalam banyak kasus, berbagai pemerintahan memang tidak bisa sinkrun dan bekerjasama dengan aspirasi-aspirasi besar dan Islami rakyat tersebut karena mengalami kelemahan, atau ketergantungan, atau penindasan terhadap rakyat. Dari sisi lain kebesaran Dunia Islam serta kekuatan pengaruhnya atas peristiwa-peristiwa dunia tidaklah tampak di mata mereka. Akibatnya, setiap bangsa (muslim) merasa sendirian di depan tekanan kekuatan-kekuatan anti Islam dan arogan sehingga tidak mungkin mereka bisa menghadapi serangan politik, propaganda dan terkadang serangan militer.

Dari satu sisi lagi, pengalaman operasional dan nyata pemerintahan Islam pada zaman sekarang ini, yaitu Republik Islam Iran tertutup oleh debu tebal propaganda yang diwarnai sikap permusuhan. Ratusan media audio, visual dan penulisan serta ribuan otak dan pena-pena bayaran setiap hari sibuk bekerja untuk menjatuhkan fakta-fakta Republik Islam Iran, membesar-besarkan kelemahan dan kegagalannya serta mengingkari berbagai kesuksesan dan kemajuannya.

Jika umat Islam memahami nilai ibadah haji dan memanfaatkan titik dan pusat pertemuan setiap tahun ini dengan benar maka bagian penting dari blokade rasa frustasi dan doktrinasi kelemahan yang membelenggu berbagai bangsa ini akan hancur.

Musim haji bisa memperlihatkan keagungan, keaneka ragaman, serta kekuatan spiritual dan insaniah Dunia Islam secara spektakuler setiap tahun di depan mata masyarakat dari segenap negara-negara muslim sekaligus menjalin komunikasi, perkenalan dan pertukaran pendapat antar tokoh pilihan setiap bangsa. Dalam haji, setiap bangsa bisa memperoleh berita-berita faktual mengenai kondisi saudara-saudara mereka dan menyingkap tirai propaganda musuh-musuh Islam. Dengan memanfaatkan spiritualitas Baitullah Al-Haram, mereka bisa mempersiapkan sebuah gerakan yang terkoordinir dan tulus di atas jalan pengembalian kekuasaan Islam, pencapaian kehormatan dan kemerdekaan serta usaha menciptakan perubahan mendasar di negara-negara mereka.

Terciptanya kekuasaan Islam di negara-negara Islam ibarat kelahiran seorang bayi yang penuh berkah, namun banyak diselimuti dengan penderitaan. Tahap berikutnya yang merupakan tahap pemeliharaan dan usaha memenuhi kebutuhan materi dan spiritual serta menjaga pertumbuhannya adalah jauh lebih berat dimana masa perjuangan untuk itu akan jauh lebih panjang.

Di Iran yang Islami, bayi yang terlahir ini banyak mengalami aksi-aksi permusuhan baik secara terbuka maupun terselubung. Tetapi, alhamdulillah, sekarang ia berada di era kemerdekaan, stabilitas dan kejayaan. Walau demikian, badai-badai permusuhan yang datang dari sentra-sentra kaum arogan dan anti Islam masih tetap menerjangnya dari pelbagai penjuru. Institusi ini merupakan model pertama kalinya dalam dunia modern dan bisa menjadi contoh bagi negara-negara lain serta mengancam sepenuhnya interes AS, Israel dan kepentingan negara-negara rakus lainnya di Dunia Islam. Karena itu, ia menjadi sasaran amuk permusuhan dan ketidaksabaran segenap pusat kekuatan yang haus dominasi di dunia. Aksi membangkitkan gerakan kesukuan di dalam negeri adalah gerakan musuh yang pertama kalinya. Langkah-langkah berikutnya ialah mengaktifkan benih-benih yang terdiri dari orang-orang bayaran rezim lama, mempersiapkan kudeta militer, kemudian memotivasi sebuah negara tetangga supaya melancarkan serangan ke perbatasan sepanjang 1.300 kilometer. Satu saja dari masing-masing langkah ini sudah cukup untuk mencabut dan menghancurkan sebuah pemerintahan nasionalistis. Tetapi Republik Islam Iran bukan sekedar pemerintahan nasionalistis, melainkan juga merupakan bangunan yang terdiri dari seluruh komponen bangsa yang beriman dan memiliki motivasi-motivasi keimanan yang mendalam. Perang yang dilancarkan tetangga pengkhianat itu berlangsung delapan tahun, dan kendati upaya ambisius AS sudah membuat kami menjadi sasaran prasangka buruk sebagian lain negara tetangga kami dan mereka gencar membantu agresor, toh pada akhirnya pihak yang menyulut perang itu loyo, tak berdaya, kalah dan mundur dari wilayah-wilayah perbatasan kami.

Selama 21 tahun usia Republik Islam, imperialisme pemberitaan kaum arogan gencar menyebarkan provokasi anti kami. Mereka menaruh modal dalam berbagai bentuk untuk memobilisasi opini publik dunia terhadap pemerintahan Islam. Politik luar negeri dan instansi keamanan AS dengan bantuan besar para kapitalis Zionis berusaha sebisa mungkin untuk menciptakan blokade ekonomi dan menghadang politik luar negeri Republik Islam Iran. Di pelbagai penjuru dunia, puluhan kelompok teroris atau himpunan para politisi bayaran yang menjual bangsa dan berkhianat, dengan uang, janji, dan dukungan musuh, masih sedang melancarkan operasi-operasi makar. Ratusan syuhada yang namanya harum dan abadi korban kejahatan-kejahatan hina orang-orang bayaran tersebut telah mewarnai sejarah revolusi kami dengan keadaan yang senantiasa teraniaya.

Singkatnya, lebih dari 20 tahun front musuh kami, khususnya AS dan Zionisme, dengan segala kekuatan, manejemen dan sepak terjangnya telah memerangi apa yang dilahirkan oleh revolusi, yaitu pemerintahan Republik Islam. Walau demikian, selama lebih dari 20 tahun, pemerintahan Republik Islam sedikitpun tidak pernah kehilangan detik pertumbuhan, kejayaan dan kestabilannya, dan sekarang ia justru menjadi lebih kuat. Dengan kekuatan dan motivasi itu, ia memulai seruan Islam, persatuan Islam, dan kehormatan Islam yang merupakan biang kecemasan dan khawatiran musuh.

Sebelas tahun setelah wafatnya arsitek dan pendiri bangunan tersebut, Imam Khomaini yang agung, Republik Islam tetap bergerak maju ke arah tujuan yang beliau gariskan dan berjalan melalui jalur yang beliau perlihatkan. Stablitas dan kekuatan ini adalah kebanggaan pertama-tama bagi esensi Islam serta ajaran-ajarannya yang membuka jalan kelapangan dan kehormatan, dan yang kedua adalah bagi rakyat Iran yang telah menempuh jalan Islam dengan penuh keimanan, berkorban dengan penuh keikhlasan serta menjaga hasil-hasilnya dengan penuh kesabaran.

Seandainya tidak ada kelemahan dari diri kami para pejabat pemerintahan Republik Islam serta tidak ada kekurangan dan kealpaan baik yang beralasan maupun tidak, tak syak lagi dewasa ini berkat hukum-hukum dan ajaran Islam yang cemerlang Republik Islam sudah berhasil melewati era problematika yang lebih besar serta lebih mendekati tujuan-tujuannya.

Seperti biasa, tipuan utama propaganda kaum arogan ialah menciptakan persepsi bahwa rakyat Iran dan pemerintah Islamnya sudah berpaling dari tujuan-tujuan yang sudah digariskan. Kebohongan yang murahan ini bertujuan menciptakan rasa frustasi para pengagum kedaulatan Islam di pelbagai penjuru dunia serta melumpuhkan spirit para pemuda di dalam negeri kami.

Setelah pemilu ke 21 kami berlangsung dan menentukan para wakil dalam Majlis Syura Islam, para pemuka kaum mustakbir itu menyatakan gembira atas adanya apa yang mereka sebut dengan demokrasi. Sulit bagi mereka untuk mengakui adanya partisipasi rakyat sepanjang tahun-tahun pasca revolusi sampai sekarang. Berat bagi mereka untuk menerima bahwa pemilu dengan antusias dan sambutan luas seperti ini juga terjadi empat tahun silam guna membentuk majlis parlemen periode sebelumnya serta pemilu tiga tahun silam untuk memilih presiden. Mereka ingin menghibur kesia-siaannya dengan asumsi bahwa para pembangkang kedaulatan Islam dan mereka yang berambisi memperbaharui dominasi kaum arogan terhadap Iran bisa menemukan jalan masuk ke pusat-pusat kekuasaan.

Dengan bertawakkal dan percaya penuh kepada Allah Yang Maha Agung lagi Maha Bijaksana, dengan keimanan yang mendalam dan tak kenal goyah kepada hukum Islam yang cemerlang dan sumber kebagiaan, dengan kesadaran penuh kepada bangsa (Iran) yang besar dimana saya berasal dari tengah-tengah mereka dan telah menghabiskan segenap usia di tengah-tengah mereka, dan dengan kecintaan penuh kepada mereka hingga akhir hayat, saya tegaskan kepada kawan dan lawan bahwa bangsa ini tetap akan menempuh jalan Islam sampai tujuan-tujuan besar mereka tercapai. Bangsa ini akan memperlihatkan kepada semua orang bahwa kehormatan, pertumbuhan, dan kemajuan materi dan ruhani serta penggapaian kemuliaan insani hanya bisa dilakukan dengan mempraktikkan Islam dan AlQuran secara menyeluruh.

AS tidak bisa berharap mampu memasukkan kembali Iran ke dalam dominasinya, meredakan gelora aspirasi dan tuntutan kedaulatan Islam di negara-negara Islam, menjatuhkan Palestina ke dalam cengkaraman kaum Zionis yang rasis dan fasis tanpa ada gejolak, dan membius gelombang kebencian yang kian hari semakin merebak kepadanya.

Jika perspektif ini umum di tengah pemerintah-pemerintah muslim, niscaya bendera keagungan Islam akan berkibar di dunia sebagaimana mestinya, haji akan menjadi sentral solidaritas yang hakiki dan sumber kekuatan Islam yang abadi, kekayaan mineral Dunia Islam akan menguntungkan bangsa-bangsa muslim, dan kebudayaan Islam yang kaya dan pemberi kalapangan hidup akan menjadi sarana yang melayani umat manusia.

Saya berdoa kepada Allah SWT agar hari itu sudah dekat. Saya memohon kepada para jemaah haji yang mulia supaya berdoa demi kelapangan umat Islam dunia dan agar bangsa Iran yang pejuang mendapat pertolongan Ilahi, dan saya menyerukan para jemaah haji Iran yang mulia supaya berusaha dengan segenap upaya agar bisa memperoleh limpahan maknawiah, menjaga keteguhan dan persatuan, berpartisipasi dalam jemaah-jemaah serta menimba perolehan spiritual dan moral.

Wassalam

Sayid Ali Khamenei

Ahlan Wa Sahlan Bulan Dzilhijjah

Raddu Syams

assalamualaikum wbth..
Alhamdulillah wa solatu ala rosulillah wa alihi,
amma ba'du;

Raddu As Syams bererti di kembalikan matahari..setelah terbenam.
Radda yaruddu : bererti menolak, memaling, menjawab, mengulang, mengembalikan
sesuatu.
Syams : matahari

Kisah berlaku di tanah Khaibar tatkala Rasulillah saww tidur di atas ribaan Imam
Ali a.s hingga terbenam matahari sedangkan Imam Ali tatkala itu belum solat
Asar. Maka Rasulillah saww berdoa supaya dikembali matahari hinggakan yang hadir
tatkala itu menyaksikan matahari naik terbit semula setelah terbenam dan tinggi
di atas gunung.

Hadis Radd Asyams adalah suatu hadis yang dikeluarkan oleh sebilangan besar para
Hufaz dengan jalur sanadnya yang berbeza. Sebahgian besar para Hufaz
menghukumkannya sebagai hadis sahih dan saling kuat menguatkan, sebahgian
meletakkan hadis tersebut sebagai darjah Hasan dan sebahgiannya mengengkarinya
dan menghukumkannya sebagai daef(lemah) ataupun maudu'(palsu).

Mereka yang mendaefkan hadis ini dikepalai oleh empat orang yang condong dengan
pemikiran politik bani umawiyah yaitu Ibnu Hazm, Ibnu Jauzi, Ibnu Taimiah, Ibnu
Kasir sedangkan terdapat sebahagian besar para ulama yang menukilkan hadis ini
didalam kitab kitab mereka bahkan ramai antaranya yang menggarang kitab khusus
atau pun risalah tentang jalur sanad hadis ini.

Berikut adalah matan hadis:

"Dari Asma' binti Umaish bahawa Rasulullah saww solat zohor di Shohba'(nama
tempat) dari tanah Khaibar kemudian mengutus Ali untuk sesuatu perkara.Kemudian
pulang.Sedangkan Rasulullah saww sudah solat Asar. Maka Rasulullah saww
meletakan kepalanya dipangkuan Ali dan tidak mengerakkannya sehinggalah terbenam
matahari. Maka sabda Rasulullah saww Allhumma sesungguhnya hambamu Ali
mengurungkan dirinya untuk nabinya maka kembalikanlah terbitnya. Berkata Asma :
Maka naiklah matahari sehingga meninggi di atas gunung. Maka bagunlah Ali
berwudu' dan solat Asar kemudian hilanglah matahari."

Terdapat juga hadis lain yang sanadnya bertemu pada Al Husain bin Ali as
berkata:

" Adalah tatkala itu kepala Rasulullah saww di pangkuan Ali dan tatkala itu
sedang diturunkan wahyu padanya, maka apabila terjaga berkata kepadaku : Ya Ali
sudahkah kau solat fardu?! Jawab Ali : Tidak . Lantas rasulullah bersabda :
Allhumma sesungguhnya mengetahui bahawa dia (Ali) berada di dalam urusanmu dan
urusan Rasulmu maka kembalikanlah baginya matahari. Maka dikembalikan baginya
matahari dan bersolat dan kemudian hilanglah matahari."

Hadis Radd Assyams adalah hadis yang penting untuk kita ambil iktibar, pelajari
bahkan sampaikan antara satu dengan yang lain kerana bukan saja untuk mengingati
karamahnya baginda Ali bahkan iaya adalah antara mukjizat terbesar Rasulullah
itu sendiri.

Berkata Al Hafiz Ahmad bin Soleh (seorang yang sangat siqah.. dipercayai, antara
guru agung Al Bukhari) setelah meriwayatkan hadis ini daripada dua jalur yang
sahih berkata: " Tidaklah pantas bagi sesiapa yang jalannya menuntut ilmu untuk
membelakangkan (meningalkan) daripada menghafal hadis Asma' kerana ianya adalah
sungguh daripada tanda tanda kenabian."

Antara para ulama yang menceritakan dqn meriwayatkan hadis ini ialah:
At Thohawi -(Muskilatu Assar), Al Baihaqi -(Dala'el), Al Hakim An Nisayaburi
-(Tarikh Nisyaburi), Imam Al Aini -(Umdatul Qari Syarah Sahih Bukhari), Al Hafiz
As Suyuti -(Jam'ul jawamie'k) beliau menulis satu risalah khusus (Kasfu Libas An
Hadis Radd Assyams), Al Hafiz Ibn Ad Daiba'ie shohib maulid deiba' -(Tamyes Taib
Minal Khabess) di katakan oleh syeikh Al Idrus dalam Tarekh Nur Safir bahawa
Ibnu Daiba'ie adalah seorang Syaikhul Islam dan Amir mukminin Fil Hadis, At
Tabarani -(Fil Kabir), Ibnu Hajar As Qalani -(Fathul Bari ), Ibnu Hajar Haitami
-(Sawa'ek),

dan yang lain lainnya daripada ulama yang terkemuka yang meriwayatkan hadis ini
dan mengakui kesahihannya.

Selain daripada itu pernah jaga Imam Ali mengunkitkan hal ini pada hari Syura
(hadis munasadah) tatkala pemilihan khalifah dengan kata katanya yang makruff di
kalangan sohabat terdahulu : " Ku peringatkan kalian dengan Allah apakah ada
antara kalian yang dikembalikan baginya matahari setelah terbenamnya sehingga
solat Asar selain dari ku??! Mereka jawab: Tidak"

Syed Mohd Fadlie Ben Yahya

Ahlul Bayt AS Dalam Sunnah Nabi SAWA (3)

Hadith al-Safinah

Kalau hadith al-Tsaqalain telah meletakkan Ahlul Bayt di samping al-Qur'an kerana mepunyai tugas untuk menerangkan al-Qur'an dan meningkap rahsia-rahsianya, kandungannya dan memelihara al-Qur'an, maka hadith al-Safinah menjelaskan kepada umat bahawa Ahlul Bayt AS adalah ibarat sebuah kapal menyelemat dan sumber keselamatan bagi umat sesudah Rasulullah SAWA. Oleh itu jika ada orang yang tidak mengikuti dan menaiki kapal ini sudah tentu akan tenggelam dan binasa. Sesungguhnya tertinggal daripada Ahlul Bayt AS bererti tertinggal daripada pemimpin yang akan membawa ke pantai hidayah dan keselamatan di dunia dan di akhirat.

Al-Syabrawi al-Syafie meriwayatkan daripada Rafi' mawla Abi Zar berkata: Abu Zar naik ke atas tangga pintu Kaabah dan berdiri dekat pintu dan bersandar kepadanya lalu berkata:

" Wahai manusia siapa yang mengenali aku sesungguhnya dia kenal
aku dan siapa ingkar kepadaku maka akulah Abu Zar, dan aku telah mendengar
Rasulullah SAWA bersabda (yang bermaskud):
" Ahlul Baytku adalah kapal Nabi Nuh, siapa yang menaikinya
selamat dan siapa yang tertinggal daripadaya dicampakkan ke dalam api neraka."

Hadith ini juga telah diriwayatkan oleh Abu Naim dengan sanadnya daripada Said bin Jubair daripaa Ibn Abbas berkata bahawa Rasulullah SAWA telah bersabda yang bermaksud:

" Perbandingan Ahlul Baytku di kalangan kamu adalah seperti
kapal Nabi Nuh AS siapa yang menaikinya akan selamat dan siapa yang
meninggalkannya akan tenggelam."
[3]

Begitu juga al-Tabrani telah mencatatkannya di dalam al-Ausat dari Abu Said, Nabi SAWA bersabda yang bermaksud:

" Perumpamaan Ahlul Baytku pada kalian sepertilah bahtera
Nuh. Siapa yang menaikinya berjaya dan siapa yang enggan atau terlambat
akan tenggelam. Dan umpama Ahlul Baytku pada kalian sepertilah pintu
pengampunan Bani Israil. Siapa yang memasukinya akan diampun."

Al-Hakim dalam al-Mustadrak al-Sahihain berkata bahwa hadith ini sahih mengikut persyaratan Muslim. Imam al-Syafie adalah di antara orang yang mengakui kesahihannya.

Syafa'at Untuk Pencinta Ahlul Bayt AS

Al-Khatib dalam Tarikhnya meriwayatkan dari Ali AS di berkata:

"Syafa'atku bagi umatku (hanya) untuk orang yang mencintai Ahlul Baytku."[5]

Bukti Iman Ialah Menyintai Ahlul Bayt AS


Diriwayatkan oleh Ahmad, al-Tirmidzi dan ia mensohihkannya,
al-Nasai dan al-Hakim dari al-Muththalib bin Rabi'ah
ia berkata bahawa Rasulullah SAWA bersabda [bermaksud]:


"Demi Allah, iman tidak akan masuk ke dalam hati seseorang Muslim
sehingga ia mencintai kalian [Ahlul Bayt AS]
kerana Allah dan kerana hubungan keluarga denganku."
[5]

Ahlul Bayt AS Penyelamat Dari Perselisihan Umat

Al-Hakim meriwayatkan dari Ibnu Abbas ia berkata bahawa Rasulullah SAWA bersabda [bermaksud]:

"Bintang-bintang (di langit) adalah petunjuk
keselamatan bagi penghuni bumi dari bahaya tenggelam.
Dan Ahlul Baytku
adalah penyelamat umatku
dari bahaya perselisihan dan perpecahan.
Bila salah satu dari qabilah menyeleweng dan menentang
nescaya mereka akan bercerai-berai
dan menjadi parti Iblis."
[6]

Al-Ujaili telah mengaitkan kata-kata Syafie di dalam Dhakhirah al-Mal:

" Manakala aku melihat manusia telah berpegang kepada mazhab
yang bermacam-macam di lautan kebodohan dan kejahilan.
Aku menaiki dengan nama Allah bahtera kejayaan mereka.
itulah Ahlul Bayt al-Mustafa dan penamat segala Rasul. "

  • Ibn Hisham, Sirah Ibn Ishak, diterjemahkan oleh A. Guillaume, The Life of Muhammad, hlm. 651-652, Lahore,OUP, 1955. Hadis ini turut diriwayatkan oleh Malik bin Anas dalam al-Muwatta dan al-Tabari dalam Musnad Kabir.
  • Diriwayatkan oleh al-Hakim dalam al-Mustadrak, Juz.,III, hlm., 109. Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ahmad ibn Hanbal dalam Musnad, Juz.,III, hlm., 17, Al-Tabarani dalam Mu jam al-Kabir, Juz. 1, hlm., 129.
  • Abu Naim, Hilyah al-Awliya', jilid 4, halaman 306.
  • Al-Khotib, Tarikh, Juzuk 2, hlm.146; Al-Kanz Juzuk 6, hlm.217.
  • Ahmad bin Hanbal, Musnad, Juzuk 4, hlm.210; al-Tirmidzi, Bab Manaqib Abbas bin Abdul Mutalib, Juzuk 2, hlm. 304.
  • Al-Hakim, Al-Mustadrak, Juzuk III, hlm.149
  • Ahlul Bayt AS Dalam Sunnah Nabi SAWA (2)

    Hadith al-Thaqalain (Dua Pusaka Berat)

    Pada tahun 10 Hijrah, Rasulullah Saw mengerjakan Haji Wada iaitu Haji Perpisahan bersama-sama ribuan umat Islam. Mengikut Ibn al-Athir bilangan umat Islam yang mengikut Rasulullah Saw mengerjakan Haji Wada ialah kira-kira 90,000 hingga 140,000 orang. Ketika di Padang Arafah Rasulullah Saw telah berkhutbah kepada umat Islam seperti berikut (yang bermaksud):

    " Segala puji bagi Allah. Kami memujiNya dan memohon pertolonganNya
    dan memohon keampunanNya akan segala dosa-dosa kami serta menyatakan taubat
    Kami di hadapanNya. Kami memohon perlindungan daripada keburukan-keburukan
    hati-hati kami dan kejahatan-kejahatan yang telah kami lakukan. Sesiapa
    yang dipimpin Allah ke jalan yang lurus, maka tiada seorang pun yang
    boleh menyesatkannya dan sesiapa yang tidka diberi petunjuk oleh Allah
    maka tiada sesiapa yang dapat memandunya ke jalan yang benar. Dan Aku
    mengisytiharkan kebenaran ini bahawa tiada tuhan yang lain melainkan Allah
    dan aku mengisytiharkan kebenaran ini bahawa Muhammad itu hambaNya dan
    Rasulnya. Wahai hamba-hamba Allah, aku nasihatkan kamu supaya menyembah
    Allah dan aku mengajak kamu supaya berbuat demikian. Aku mulakan kata-kata
    yang suci ini. Selepas ini aku akan menyatakan kepada kamu, wahai manusia,
    dengarkanlah perkataan-perkataan yang aku ucapan ini. Aku tidak tahu adakah
    aku akan menemui kamu di tempat ini selepas tahun ini. Wahai manusia, sesungguhnya
    darah dan harta kamu itu adalah diharamkan bagi seseorang ke atas seorang
    yang lain sehingga kamu menemui Tuhan kamu, seperti juga hari ini dan bulan
    (suci) kamu ini. Kamu akan pasti menemui Tuhan kamu dan kamu akan ditanya
    nanti. Aku telah memberitahu kamu.
    Sesiapa yang memegang amanah hendaklah ia kembalikan
    kepada pemiliknya. Semua riba adalah dihapuskan, tetapi bagi kamu modal
    kamu. Jangan kamu meugikan dan jangan kamu dirugikan. Allah telah
    menetapkan bahawa riba diharamkan dan riba yang dituntut oleh Abbas
    bin Abdul Muttalib aku hapuskan (pada hari ini).
    Semua tuntutan hutang darah yang dilakukan di zaman jahiliyyah
    dibatalkan. Pertama sekali aku membatalkan tuntutan hutang darah yang dibuat
    oleh Rabi a bin al-Harith bin Abdul Muttalib. Syaitan telah berputus asa
    untuk mengajak (menghasut) orang yang bersolat tetapi dia akan sentiasa
    menghasut di antara kamu, maka dia akan bergembira sekiranya kamu terlalai,
    oleh itu hendaklah kamu berwaspada terhadapnya. Wahai manusia, pertukaran
    bulan-bulan (seperti bulan-bulan haram) adalah menambahkan jalan-jalan
    yang membawa kepada kesesatan dan melalui jalan itu, orang-orang kafir
    terus-menerus berada di dalam kesesatan. Mereka menjadikannya halal bagi
    satu tahun dan mengharamkannya pula pada tahun hadapan. Dengan berbuat
    demikian mereka telah menghalalkan apa yang telah Allah haramkannya dan
    mengharamkan apa yang telah Allah halalkan. Sesunguhnya masa itu berputar
    seperti pada hari Dia menjadikan langit dan bumi. Sesunguhnya di
    sisi Allah itu ada dua belas bulan, empat bulan adalah diharamkan,
    tiga darinya bersambung-sambung dan satu lagi ialah bulan Rajab iaitu diantara
    bulan Jamadil Akhir dan Sya aban.
    Wahai manusia, kamu mempunyai beberapa hak ke atas wanita-wanita
    kamu dan mereka mempunyai hak ke atas diri kamu. Adalah menjadi kewajipan
    ke atas mereka supaya tidak mengizinkan sesiapa pun masuk ke dalam kamar
    tidur mereka kecuali kamu dan tidak membenarkan orang yang tidak disukai
    oleh kamu masuk ke dalam rumah kamu. Jika mereka melakukannya, maka Allah
    membenarkan kamu memisahkan diri dari mereka dari kamar tidur dan kamu
    boleh memukul tubuh mereka dengan syarat tidak meninggalkan bekas. Jika
    mereka berhenti dari melakukan perkara-perkara tersebut, mereka mempunyai
    hak ke atas kamu untuk memperolehi makanan dan pakaian dengan cara yang
    baik. Perintahlah wanita-wanita yang berada di bawah tanggungjawab kamu
    dengan baik kerana mereka di sisi kamu seperti tawanan kamu yang tidak
    berkuasa keatas mereka. Kamu telah mengambil mereka sebagai amanah dari
    Allah serta telah dihalalkan bagi kamu hubungan dengan mereka dengan kalimah
    Allah A.W.J.

    Hadith Kitabullah dan Sunnati


    Wahai manusia ! Ingatlah aku telah menyampaikan pesan
    kepada kamu. Aku tinggalkan bagi kamu (dua pusaka berat). Kamu tidak akan
    sesat sekiranya kamu berpegang teguh kepada kedua-duanya iaitu Kitab Allah
    dan Sunnah NabiNya. Oleh itu ingatlah apa yang aku sampaikan ini.
    Ingatlah bahawa setiap Muslim adalah bersaudara. Oleh
    itu mengambil harta seorang saudara tanpa keizinannya adalah diharamkan.
    Tidakkah aku telah sampaikan (nasihat ini) ?
    Para hadirin berkata, " Ya Allah, kami mengakuinya" dan
    Nabi SAWberkata, " Ya Allah saksikanlah."
    [1]

    Dalam riwayat lain dua pusaka berat dinisbahkan kepada Al-Qur an dan Ahlul Bayt Nabi SA.W.A. Menurut beberapa riwayat, dalam perjalanan pulang ke Madinah selepas mengerjakan Haji Wada , Nabi Muhammad SAW telah berhenti di suatu tempat yang bernama Ghadir al-Khum.Di situ Nabi Muhammad SAWtelah berkhutbah kepada umat Islam dan antara pesanannya ialah supaya umat Islam berpegang kepada dua pusaka berat iaitu al-Qur an dan Ahlul Baytnya selepas peninggalannya kelak. Al-Nasai meriwayatkan daripada Zaid bin Arqam seperti berikut (maksudnya):

    " Ketika Rasulullah SAWA pulang dari Hujjat al-Wada dan berhenti di Ghadir Khum, lalu baginda memerintahkan supaya didirikan beberapa khemah dan setelah itu baginda bersabda (yang bermaksud): " Seakan-akan aku dipanggil (Allah) dan aku memenuhinya. Aku tinggalkan kepadamu al-Thaqalain yang satu lebih besar dari yang lain; Kitab Allah dan Itrahku, Ahlul Baytku. Perhatikanlah bagaimana kamu memperlakukannya terhadap kedua-duanya setelah sepeninggalanku nanti, lantaran kedua-duanya tidak akan berpisah sampai berjumpa semula denganku di al-Hawd."

    Kemudian baginda menyambung lagi; "Sesungguhnya Allah adalah mawlaku dan aku adalah wali setiap mukmin. ( Lalu baginda mengangkat tangan Ali dan bersabda lagi): "barang siapa yang memerwalikanku maka ini adalah walinya juga. Wahai Tuhanku, cintailah siapa yang memperwalikannya dan musuhilah siapa yang memusuhinya." Kemudian Abu al-Tufail berkata: " Saya pernah bertanya kepada Zaid: "(Adakah) engkau mendengar(nya) dari Rasulullah?" Lantas Zaid bin Arqam menjawab: " Setiap orang yang berada dalam khemah-khemah itu melihat baginda dengan kedua-dua matanya dan mendengar (ucapan baginda) dengan kedua-dua telinganya." [2]

    Hadith Kitabullah Dan Ahlul Bayt AS

    Al-Tabarani meriwayatkan dalam lafaz yang panjang seperti berikut:

    " Dari Zaid bin Arqam, dia berkata: " Rasulullah SAW telah berkhutbah di Ghadir Khum, di bawah beberapa batang pohon. Baginda bersabda: " Wahai manusia, hampir tiba saatnya aku akan dipanggil pulang. Dan aku pasti akan memenuhi panggilan itu dan aku akan diminta tanggungjawab dan kamu juga bertanggungjawab. Maka apakah yang akan kamu katakan nanti?" Mereka yang hadir menjawab: "Kami bersaksi bahawa engkau telah menyampaikan (risalah Ilahi), telah berjihad dan telah menunjukajar kami, semoga Allah akan membalas dengan sebaik-baik kebaikan!" Kemudian Rasulullah SAWmeneruskan lagi ucapannya: "Bukankah kamu menyaksikan bahawa tiadaTuhan melainkan Allah, Muhammad hamba dan pesuruhNya dan bahawa jannahNya (syurga) adalah hak, narNya (neraka) adalah hak, kematian adalah hak dan kebangkitan sesudah mati adalah hak dan Hari Kiamat pasti tiba - tiada keraguan tentang itu - dan bahawa Allah akan membangkitkan kembali semua yang dalam kubur?" Ya, kami menyaksikan," jawab mereka. " Wahai Tuhanku, saksikanlah," sabda baginda. Kemudian Rasulullah SAWmenyeru mereka: " Wahai manusia, adakah kamu mendengar?" " Ya," jawab mereka. Lalu baginda meneruskan ucapan baginda: " Wahai manusia, sesungguhnya Allah adalah maulaku, dan aku adalah maula kaum mukminin dan lebih berhak menjadi wali mereka, lebih dari diri mereka sendiri. Barang siapa yang mengakui aku sebagai maulanya, maka dia ini (Ali) adalah maulanya juga! Ya Allah, cintailah siapa yang mencintainya, dan musuhilah siapa yang memusuhinya!" Kemudian beliau melanjutkan: "Wahai manusia, bahawa aku akan mendahului kamu, dan kamu akan menemuiku di telaga al-Hawd, Hawd yang lebih luas dari apa yang boleh dicapai oleh penglihatanku hingga ke (kota) San a, di sana tersedia gelas-gelas perak sebanyak bintang-bintang di langit, dan aku akan bertanya kepada kamu - bila datang ke tempat itu tentang al-Tsaqalain, bagaimana kamu memperlakukannya seteah sepeninggalanku. Al-Tsaqal yang terbesar ialah Kitab Allah Azza Wa Jalla yang satu hujungnya di tangan Allah dan yang lain ialah di tangan kamu. Maka berpeganglah erat kepadanya, nescaya kamu tidak akan sesat dan tidak akan berubah (arah). Dan (al-Tsaqal yang kedua ialah) itrahku, Ahlul Baytku kerana Allah Yang Maha Mengetahui memberitahuku bahawa kedua-keduanya tidak akan berpisah (selama-lamanya) sampai menemuiku di al-Hawd."

    Hadith al-Tsaqalain (al-Qur'an dan Ahlul Bayt) ini telah diriwayatkan oleh 110 orang sahabat dan telah diakui sahih dan mutawatir oleh ulama hadith. Hadith yang diatas (al-Qur'an dan sunnahku) adalah hadith hasan malahan Bukhari dan Muslim tidak mencatatkannya. Oleh itu Ahlul Bayt AS, berdasarkan hadith al-Tsaqalain, sepatutnya menjadi sumber rujukan dan tali pengikat kesatuan umat Islam serta menghidari mereka dari perpecahan.

    Ahlul Bayt AS Dalam Sunnah Nabi SAWA (1)

    Sesiapa yang mengkaji sunnah Rasulullah SAWA dan perjalanan hidupnya yang praktikal serta hubungan dengan Ahlul Baytnya yang telah dinaskan oleh al-Qur'an dan diperkenalkan oleh Nabi SAWA, akan mengetahui bahawa ahli keluarga Nabi SAWA ini mempunyai peranan dan tanggungjawab risalah dan tamadun sejarah umat ini yang tersendiri yang mana Rasulullah SAWA yang merancang dan meyediakan keada umatnya supaya menerimanya dengan perintah daripada Allah SWT.

    Sesungguhnya telah bermula peringkat pertama daripada peracangan Nabi SAWA apabila Allah Ta'ala memerintahkan RasulNya Muhammad SAWA untuk mengahwinkan anaknya Fatimah AS keada Imam Ali bin Abi Talib dan lahirlah dari keturunan yang berkat ini, anak cucunya yang berterusan di sepanjang zaman.

    Nabi SAWA bersabda kepada Ali AS ketika baginda mengahwinkannya dengan Fatimah AS yang bermaksud:

    " Sesungguhnya Allah telah menyuruh aku mengahwinkanmu
    dengan Fatimah dengan maskahwin sebanyak 400 mithqal daripada perak, jika
    kamu redha dengan yang demikian, maka Ali AS menjawab:
    " Sesungguhnya aku telah redha dengan itu wahai Rasulullah."

    Anas bin Malik berkata: lalu Rasulullah SAWA bersabda yang bermaksud:

    " Mudah-mudahan Allah menghimpunkan ikatanmu, memberi
    kebahagiaan dan memberkati serta megurniakan kepada kamu berdua (rezeki)
    yang baik lagi banyak." Anas berkata: " Demi Allah sesungguhnya Allah telah
    mengurniakan kepada keduanya rezeki yang banyak lagi baik."

    Diriwayatkan bahawa ketika Nabi SAWA mengahwinkan Fatimah AS denga Ali AS, baginda masuk ke bilik Fatimah dan mendoakan kepadanya, kemudian Umm Aiman membawa mangkok berisi air kemudian dicurahkan, lalu direnjiskan di atas kepada Fatimah dan di antara buah dadanya lalu bersabda yang bermaksud:

    " Ya Allah ! Aku bermohon Engkau melindunginya dan keturunannya
    dari syaitan yang direjam. Nabi SAWA bersabda kepada Ali AS; " Bawakan
    air kepadaku, " Ali pun membawakan air itu kepada Nabi SAWA, lalu Nabi
    SAWA merenjiskan di atas kepala Ali dan di antara dua bahunya dan berata
    yang bermaksud:

    " Ya Allah aku bemohon, lindungi Ali dan keturunanya daripada syaitan yang direjam."

    Dalam satu riwayat lain Nabi SAWA meminta dibawakan air, lalu baginda berwuduk dan mencurahkannya ke atas Ali dan Fatimah dan berdoa yang bermaksud:

    " Ya Allah berkatilah kepada keduanya dan keturunannya."

    Ketika Fatimah hendak dilamar oleh salah seorang sahabat Nabi SAWA, baginda memberi alasan dengan bersabda yang bermaksud:

    " Belum lagi diturunkan ketentuan Allah."

    Ini adalah inayah Allah dan Nabi SAWA mengenai perkahwinan Fatimah dengan Ali. Tidak sempurna perkahwinan itu kecuali dengan perintah Allah Ta'ala adalah satu bukti yang jelas tentang kedudukan Ahlul Bayt AS. Tidak ada tujuan di sebalik hubungan Nabi SAWA dengan Ahlul Bayt AS melainkan untuk kebaikan umat.

    Terdapat banyak kitab hadith dan sirah yang menyebutkan nas-nas dari Nabi SAWA yang mengungkapkan kepentingan dan keutamaan Ahlul Bayt AS.

    SIAPAKAH AHLUL BAYT RASULULLAH SAWA?

    Pengenalan

    Berdasarkan dalil-dalil dari ayat-ayat Qur'an dan Hadith Rasulullah SAWA - kebanyakan kitab tafsir dan Hadith menjelaskan bahawa yang dimaksudkan dengan Ahlul Bayt Rasulullah SAWA ialah lima orang iaitu Rasulullah SAWA, Ali, Fatimah, Hassan dan Husayn. Riwayat al-Tarmidzi dari Ummu Salamah menyatakan bahawa ayat:

    "Sesungguhnya Allah hendak menghilangkan kotoran dari kalian, Ahlul Bayt dan menyucikan kalian dengan sebersih-bersihnya (Quran:33:33)" turun untuk Rasulullah SAWA di rumahku ketika aku sedang duduk di sebelah pintu, aku bertanya: " Ya Rasulullah, bukankah aku juga dari Ahlul Baytmu, beliau mejawab: engkau berada dalam kebaikan, engkau dari isteri-isteriku. Ketika itu Rasulullah SAWA di rumah bersama Ali, Fatimah, Hassan dan Husayn.Kemudian beliau memasukkan mereka di bawah serban beliau seraya bersabda: " Ya Allah,merekalah Ahlul Baytku, maka hilangkan kotoran dari mereka dan sucikanlah mreka sesuci-sucinya."

    Muslim dalam Sahihnya meriwayatkan dalam Kitab Fada'il Sahabat bab Fada'il Ahlul Bayt Nabi SAWA, berkata Aisyah bahawa telah keluar Rasulullah SAWA pada suatu hari dengan memakai mard marhal daripada bulu berwarna hitam, kemudian datang Hassan bin Ali lalu dimasukkannya ke dalamnya, kemudian datang Husayn lalu dimasukkannya ke dalamnya, kemudian datang Fatimah dan dimasukkan dia ke dalamnya dan akhir sekali datang Ali dan dimasukkan ke dalamnya, lalu beliau SAWA membaca ayat Quran:33:33, yang bermaksud:

    " Sesungguhnya Allah hendak menghilangkan kalian dari kekotoran dan
    menyucikan kalian dengan sebersih-bersihnya."

    Dalam tafsir Al-Dur Al-Mantsur, Jalaluddin al-Suyuti menyebut dua puluh sanad hadith dengan jalan yang beragam, yang semuanya menunjukkan bahawa yang dimaksudkan dengan Ahlul Bayt di dalam ayat di atas adalah lima orang seperti di atas.

    Para isteri Nabi SAWA tidak termasuk dalam Ahlul Bayt dalam pengertian yang khusus seperti maksud dan kehendak ayat di atas. Riwayat dari Muslim dari Zaid bin Arqam bahawa:

    Pada suatu hari Rasul berpidato di hadapan kami dekat suatu danau bernama
    Khum di antara Mekah dan Madinah, setelah memuji Allah, beliau mulai menasihati
    kami dan bersabda yang bermaskud: " Wahai manusia.....ketahuilah bahawa
    aku meninggalkan pada kalian dua benda yang sangat berharga, Kitabullah
    yang mengandung cahaya dan bimbingan, maka ambillah Kitabullah dan berpeganglah
    padanya....beliau meneruskan: " Dan Ahlul Baytku, aku memperingatkan kalian
    tentang Ahlul Baytku, Aku memperingatkan kalian tentang Ahlul Baytku, aku
    memperingatkan kalian tentang Ahlul Baytku...."

    Perawi hadith bertanya kepada Zaid bin Arqam,"

    Siapakah Ahlul Bayt Rasul, adakah isteri-isteri beliau termasuk Ahlul Baytnya?"

    Zaid menjawab," Tidak, demi Allah, seorang isteri hidup bersama suaminya untuk beberapa waktu dan ketika dicerai ia kembali kepada kaumnya sendiri."

    Kesimpulannya seperti yang diungkapkan oleh Syed Syarafuddin al-Musawi dalam bukunya al-Kalimah al-Gharra' fi Tafdhil al-Zahra' wal Aqilah al-Wahy bahawa tidak diragukan lagi Ahlul Bayt yang dinyatakan oleh ayat di atas adalah lima orang bergelar " Ashab al-Kisa." Kenyataan ini cukup untuk menyimpulkan bahawa mereka adalah makhluk yang paling mulia dibandingkan seluruh entiti yang mendiami bumi dan langit. Selain dari Rasulullah SAWA, Ali sepupu Nabi yang dinyatakan dalam al-Qur'an(seperti yang dinyatakan dalam Hadith al-Manzillah) sama kedudukannya seperti kedudukan Nabi (Nabi Harun di sisi Nabi Musa), Fatimah al-Zahra merupakan darah daging Nabi yang Nabi SAWA menyatakan bahawa Allah akan marah kerana kemarahannya serta akan rela kerana kerelaannya dan dua buah hati Nabi SAWA di dunia serta cucu kandungnya, al-Hassan dan al-Husayn yang terbunuh syahid dan kelak akan menjadi penghulu pemuda disyurga, berdasarkan dalil yang kukuh dan tidak terbantah.