Popular Posts

Saturday, November 3, 2007

Kejutan Sayyed Hassan Nasrallah


Cetak halaman ini Kirim halaman ini ke teman via E-mail


ImageJika kalian, Zionis, berpikir untuk menyerang Lebanon, maka akan saya siapkan sebuah kejutan bagi kalian, yang akan mengubah hasil dari perang itu dan masa depan kawasan.”
Sayid Hasan Nasrallah dalam pidato peringatan setahun gencatan senjata dengan Israel.

“Kita harus menganggap serius Nasrallah. Dia tidak pernah berbohong.”

Benjamin Ben-Eliezer, menteri infrastruktur dan anggota kabinet keamanan Israel.

Dalam sejarahnya, para pemimpin Arab selalu bersandar pada hiperbola, alih-alih pencapaian, dalam berbicara kepada rakyat mereka. Namun, kini bahkan Israel sendiri mengakui bahwa Sekjen Hizbullah, Sayid Hasan Nasrallah, haruslah dipandang serius kata-katanya. Nasrallah bukan hanya secara elegan menghindari pembanggaan-diri, tetapi pencapaiannya sendiri telah banyak berbicara.

Demikian pula halnya dengan apa yang ia istilahkan dengan “Kemenangan Ilahi” melawan Israel tahun lalu, yang juga dikenal dengan “Perang Lebanon Kedua” bagi Israel dan “Perang Juli” bagi pemerintah Siniora. Agresi Israel, yang konon sebagai balasan terhadap ‘penculikan’ dua serdadunya (yang secara ilegal memasuki perbatasan Lebanon), dilawan dan dihadapi oleh Hizbullah dengan salvo demi salvo dari roket-roket Katyusha.

Pada salah satu kesempatan, setelah Israel gagal membunuh Nasrallah melalui sebuah serangan ke kediaman dan kantornya di Beirut Selatan, Nasrallah tampil di Al-Manar TV seraya berkata, “Kejutan-kejutan yang saya janjikan kepada kalian akan dimulai sekarang. Kini di tengah lautan, menghadap ke Beirut, kapal perang Israel yang telah menghancurkan infrastruktur sipil dan rumah-rumah warga akan terbakar dan tenggelam di hadapan kalian.”

Tak lama kemudian, kapal perang Israel yang dimaksud, yang telah mengepung Beirut, terbakar. Dan, peristiwa yang mengejutkan ini disiarkan secara luas oleh televisi-televisi.

“Saya janjikan kepada kalian sebuah kemenangan baru, seperti yang selalu saya wujudkan,” kata Nasrallah di awal-awal perang setahun yang lalu.
Dan itu adalah janji lain yang ia tepati.

Di akhir perang, mesin perang digjaya Israel dipaksa untuk menerima gencatan senjata. Terkecuali memporak-porandakan Lebanon, mereka gagal mencapai tujuan mereka untuk menghancurkan Hizbullah dan membunuh Nasrallah.

Orang-orang Arab bergembira. Rakyat Palestina yang Suni menyanyikan lagu pujian bagi kelompok Syiah itu dan Nasrallah mereka juluki sebagai “Rajawali dari Lebanon”. Dia disandingkan dengan Gamal Abdul Nasser dan namanya disebut-sebut di seluruh kawasan.

Namun, ini hanya di antara rakyat biasa, bukan para pemimpin mereka. Mesir, Yordania, dan Arab Saudi, serta semua kediktatoran yang menjadi sekutu Amerika Serikat, terkejut menyaksikan bagaimana Hizbullah mampu mempertahankan tanah mereka dan bahkan memukul balik Israel.
Dari perspektif Israel dan Amerika, dan juga dari negara-negara Arab tersebut, masih ada kesempatan untuk membuat keadaan menjadi seimbang. Dan, perang selanjutnya tampaknya akan dimulai dari dalam, melalui tangan kelompok ekstrimis Salafi yang sengaja disusupkan ke dalam Lebanon oleh pemerintahan saat ini. Jika rencana ini gagal, atau bahkan jika tidak, tidak diragukan lagi Israel akan memikirkan agresi lain, seraya belajar dari kesalahan yang lalu dan mengubah strateginya.
Lalu, apa yang akan menjadi “kejutan” Nasrallah?

Sekali lagi, Ben-Elizer mengatakan, “Dia (Nasrallah) tahu benar dengan apa yang dikatakannya. Jika dia mengatakan 2000 roket, saya mempercayainya, tetapi saya tidak tahu apa kejutan yang dia maksudkan.”

Mungkinkah itu persenjataan yang jauh lebih canggih, sebuah sistem pemandu yang baru, ataukah sebuah misil jarak jauh? Mungkin saja. Namun, Nasrallah dalam pidatonya, yang ditayangkan kepada ribuan massa yang berkumpul di dahiyah (selatan Lebanon), mengatakan bahwa kejutan itu akan “mengubah hasil dari perang dan masa depan kawasan.”

Jika Israel cukup bodoh untuk menyerang lagi, mungkinkah sekali lagi Nasrallah menyatukan Syiah dan Suni, kali ini dalam skala yang jauh lebih besar, melawan intervensi dan pendudukan? Atau menunjukkan bagaimana sebuah gerakan perlawanan populer mampu mengalahkan, lagi dan lagi, sebuah negara militer? Nasrallah telah membantu orang-orang untuk percaya bahwa mereka memiliki kekuatan untuk menolak kekuasaan pemerintah-pemerintah yang korup, yang berlagak sedang mempertahankan kepentingan nasional mereka tetapi sebenarnya membela kepentingan Israel dan Amerika. Dan jika rezim-rezim yang sama ini sekali lagi hanya menonton secara pasif saat Israel memporak-porandakan Lebanon, maka warga dari negara-negara itu mungkin akan memutuskan untuk mengambil-alih segala urusan ke dalam tangan-tangan mereka sendiri. Dan, semua peristiwa tersebut akan mengubah lanskap Timur Tengah.

Terlepas dari apa pun ia, kejutan Nasrallah hanya akan datang kepada mereka yang percaya bahwa dia tengah menggertak.

No comments: