Popular Posts

Friday, December 12, 2008

CAHAYA EIDUL GHADIR KHUM



CAHAYA EIDUL GHADIR KHUM

Hari Raya Al-Ghadir adalah merayakan keturunan Nabi Muhammad saw. Inilah hari raya terbesar dalam sejarah Islam. Inilah perayaan teristimewa yang dipersembahkan Tuhan, yang disebut oleh para penghuni langit dengan “Hari perjanjian yang jelas”. Inilah hari kebahagiaan dan kerelaan kerana adanya kasih-sayang, yang dengannya Tuhan menyempurnakan agamanya.

Hari Raya Al-Ghadir Dalam Sejarah

Sejarah Hari Raya Al-Ghadir sangat mengakar di dalam Islam kerana pertama kali dirayakan pada waktu hidup Rasulullah saw. Pertama, ia dirayakan pada hari Al-Ghadir setelah Haji Terakhir ketika Nabi Muhammad saw mangumumkan penggantinya dan menetapkan dasar-dasar agamanya. Inilah sebuah hari yang termashur sehingga tiap-tiap Muslim diberkati di dalamnya. Inilah hari ketika pusat legislasi Islam dan keperluan dari hokum-hukumnya ditetapkan. Kerananya, seorang Muslim seharusnya tidak terpedaya atau disesatkan oleh ketidaktahuan yang parah oleh gelombang kenaifan dan perilaku yang salah.

Secara alamiah, semestinya hari tersebut dipandang sebagai sesuatu yang sangat luar biasa. Ini kerana jalan yang paling lurus menuju Tuhan secara terang-benderang dipetakan pada hari tersebut. Lebih jauh, inilah hari ketika agama disempurnakan dan kasih saying Tuhan disempurnakan. Al-Quran yang suci telah menegaskan hal ini. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebelumnya, Rasulullah saw memberi perintah untuk menyampaikan selamat kepada Ali Amirul Mukminin atas anugerah luar biasa yang diterimanya, iaitu kepimpinan khalifah dan wilayah dalam agama Islam.





Peristiwa Al-Ghadir

Peristiwa ghadir khum berlaku pada 18 Zulhijjah pada tahun 10 Hijrah (10 Mac 632 Masihi). Selepas menunaikan Haji Terakhir, Rasulallah saw bersama para sahabatnya meninggalkan Kota Suci Mekah. Setelah menyempurnakan ibadah Haji, Allah swt mewahyukan kepada Nabi saw ayat berikut:

“ Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu,bererti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memellihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir (QS 5: 67)”

Kemudian Rasulallah saw memanggil Bilal, yang secara formal bertugas mengumumkan banyak hal, untuk mengumumkan bahawa semua Muslim harus berada di Ghadir Khum pada esok harinya. “Ghadir Khum” adalah sebuah tempat yang terletak berhampiran al-Juhfa. Ianya merupakan tempat perlintasan bagi jalan-jalan menuju Madinah,Mesir, Iraq, Syria dan Najad. Berdasarkan perintah Allah swt, tempat tersebut dipilih kerana memiliki sumber air dan pepohonan. Selama berabad-abad, di sinilah sebuah masjid yang dinamakan “Masjid Ghadir” didirikan untuk mengenang peristiwa pada waktu itu.

Seramai seratus dua puluh ribu Muslim menemani Rasulallah saw menuju Ghadir Khum pada pagi tersebut. Setelah tiba di tempat tersebut, Nabi saw memberi arahan untuk berhenti di sana. Baginda juga memerintahkan orang-orang yang telah melewati tempat itu agar kembali dan yang belum sampai agar tetap berjalan menuju ke sana sehingga seluruh kelompok masyarakat akan berada pada lokasi yang telah ditunjukkan oleh Allah swt. Di bawah bayang-bayang pohon di situ, batu-batu telah dikumpulkan untuk mendirikan sebuah mimbar dengan menggunakan pelana unta. Mimbar ini dibuat setinggi Rasulallah saw dan didirikan di tengah-tengah orang yang berkumpul sehingga tiap-tiap orang dapat melihat Rasulallah saw dan mendengar suara baginda. Ditugaskan juga seorang laki-laki untuk mengulangi kata-kata Rasulullah saw kepada orang-orang yang agak jauh jaraknya.





Ketika orang-orang tidak dapat menunggu lebih lama lagi, sang muazin Rasulallah swt mengumandangkan azan. Mereka berkumpul dalam barisan menghadap mimbar dan Nabi saw memimpin solat Zohor berjemaah. Kemudian, kaum Muslimin melihat Rasulallah saw menempati tempatnya di atas mimbar. Tepat sebelum memulai khotbah, baginda meminta Imam Ali as untuk berada di sisi kanannya. Ali pun berdiri di sisi kanan Rasulallah saw tetapi sedikit lebih rendah. Inilah khutbah terakhir yang disampaikan baginda kepada umatnya. Walaupun khotbah umumnya dilaksanakan hanya dengan kata-kata, Nabi saw melakukan dua langkah praktis yang jelas menarik perhatian orang kepadanya. Paraktis pertama yang dilakukan oleh Rasulallah saw ialah mengangkat tangan Imam Ali as dan memperkenalkan kepada seluruh hadirin untuk mengelakkan keraguan yang mungkin terjadi di masa hadapan. Prosedur ini dilakukan tepat setelah mengumumkan kedudukan Ali sebagai penerus dan pemimpin politik serta agama pasca-Nabi saw. Baginda bersabda dalam khutbahnya:

“Wahai manusia, jangan kalian lupakan dua warisan ini. Selama kalian berpegang teguh kepada keduanya, kalian tidak akan tersesat: Kitabullah dan Keluargaku.”

Sesudah mengeluarkan pernyataan, “Tak seorangpun yang memiliki tandingan untuk menjelaskan persoalan-persoalan penting dan memberi tafsir atas Al-Quran kecuali orang yang tangannya kugenggam dan ku angkat ia dengan kedua tanganku,” Nabi saw secara praktis melakukan hal itu. Nabi saw kemudian mengambil tangan Ali. Ali pun mengangkat tangannya kea rah langit. Dalam situasi tersebut, Rasulallah bahkan mengangkat Ali hingga kaki Ali bersentuhan dengan lututnya. Seketika itu juga, Rasulallah berkata dengan suara lantang:

“Barangsiapa yang baginya aku adalah pemimpin (mawla), maka inilah Ali, pemimpinnya (mawla). Ya Allah swt! Cintailah mereka yang mencintai Ali dan musuhilah mereka yang memusuhinya serta berilah kemenangan kepada mereka yang mendukungnya dan berilah kekecewaan kepada mereka yang mengecewakannya“





Praktis kedua yang dilakukan Rasulallah saw dalam peristiwa tersebut ialah mengambil sumpah kesetiaan (Baia’t) dalam Hati, Ucapan dan Perbuatan. Dalam himpunan orang yang kian bayak itu, adalah sangat tidak praktikal untuk mengambil sumpah setia (baia’t) dengan prosedur yang biasa, iaitu dengan menjabat tangan orang yang kepadanya baia’t ditujukan. Sangat mungkin sebahagian orang tidak melakukannya. Maka, di dalam khotbahnya yang terakhir, Rasulallah saw pun memberi arahan, “Wahai Kaum Muslimin! Jumlah kalian terlalu ramai untuk berjabat tangan denganku pada saat ini. Allah Yang Maha Agung telah memerintahkanku untuk mengambil pengakuan kalian dalam kata-kata, tentang apa yang telah kunisbatkan kepada Ali dan para Imam penerusnya dari keturunanku secara eksklusif dan mengikat. Aku menyatakan kepada kalian bahawa keturunanku akan berasal dari garis keturunannya. Maka, kalian semua harus mengucapkan kata-kata berikut:

’Kami mendengarkan, mentaati, rela dan berserah diri kepada apa yang telah engkau sampaikan dari Tuhanmu dan Tuhan kami mengenai Imam kami, Amirul Mukminin Ali dan para imam yang berasal dari keturunanmu yang juga keturunannya. Dengan hati, jiwa, lidah dan tangan kami, maka kami bersumpah setia kepadamu. Di atas sumpah setia inilah, kami hidup, mati dan dibangkitkan kembali. Kami tidak akan mengubah, mencari pengganti, mencurigai, menyangkal, meragukan, dan menarik kembali perjanjian kami dan kami juga tidak akan melanggar sumpah kami. Kamu benar-benar telah menyampaikan kepada kami apa yang Allah kehendaki mengenai Ali, Amirul Mukminin, dan para Imam yang telah engkau perkenalkan, yang berasal dari keturunanmu yang juga putra-putranya: Al-Hasan, Al-Husain dan mereka yang telah ditetapkan Allah swt setelah keduanya. Sumpah dan janji kami bagi mereka datang dari hati, jiwa, lidah, fikiran, tangan, dan seluruh keberadaan kami. Jika tidak dilakukan dengan tangan, maka sumpah dan janji ini akan sah melalui kata-kata kami. Kami tidak akan mencari pengganti selain mereka dan kami pun tidak akan mengubah apa pun. Kami akan menyampaikan ini kepada orang yang terdekat, dan juga orang terjauh, termasuk keturunan dan keluarga kami. Kami memohon kepada Allah swt agar menjadi Saksi akan hal ini. Cukuplah Allah swt dan engkau yang menjadi saksi atas kami.’

Setelah Rasuallah saw selesai mengucapkan kata-kata tersebut, maka para hadirin pun langsung mengulanginya. Sepanjang upacara pembaiatan, Rasulallah saw melekatkan serbannya yang disebut “Sahab“ ke kepala Ali sementara hujung serban itu digenggamnya di dadanya. Baginda menyatakan “Allah swt telah membantuku dengan para malaikat yang ditutupi dengan serban ini di pertempuran Badar dan Hunain.“ Nabi juga menyatakan bahawa serban itu adalah mahkota orang Arab. Ini menunjukkan bahawa Rasulallah saw tengah menggambarkan keutamaan Ali dan putra-putranya yang maksum, yang kepada mereka telah dianugerahkan kedudukan yang tinggi ini. Dengan demikian, deklarasi publik tentang kesetiaan ini benar-benar ditujukan kepada Ali. Dalam kaitan dengan suatu upacara tertentu, maka segera setelah menyampaikan khutbah, Rasulallah menuju ke dalam kerumunan untuk mendeklarasikan kesetiaan (pembaiatan) secara realistik dengan saling berjabat tangan dengan baginda dan Imam Ali Amirul Mukminin serta memberi ucapan selamat. Orang yang saat itu telah ditetapkan untuk menduduki jabatan memimpin umat Islam, yang sesuai dengan perintah Tuhan dan dengan pernyataan Nabi, orang yang diberi amanat untuk membimbing umat adalah Ali bin Abi Thalib as. Manusia yang paling mulia dan terkemuka dalam masyarakat Islam. Dia yang memiliki kekayaan pengetahuan dan kebaikan, telah dipilih sebagai pemimpin umat Islam sesudah Rasulallah saw. Dan dengan menyatakan pentingnya persoalan imamah dan khalifah, Nabi saw telah memberikan perintah yang pasti dan mengikat kepada umat. Setelah itu, Jibril as menurunkan ayat di bawah ini kepada Rasulallah saw:

“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam itu agama bagimu.”

(QS Al-Maidah: 3)



Tahukah Anda?

Pembaitan oleh kaum perempuan Muslim juga dilakukan pada hari Al-Ghadir. Rasulallah telah memerintahkan agar sebuah wadah besar diisi dengan air dan ditutupi oleh suatu pembatas yang membahagi wadah tersebut menjadi dua bahagian. Kaum perempuan memasukkan tangan mereka di satu bahagian sementara Ali memasukkan tangannya di bahagian yang lain. Dengan cara seperti ini, baiat kaum perempuan dilangsungkan. Alhasilnya, setiap orang yang hadir di ghadir khum pasti tidak dapat menghindar pernyataan baiat kepada Ali. Penting untuk disebutkan di sini bahawa Sayyidah Fatimah Az-Zahra’ beserta seluruh isteri Rasulallah saw juga hadir di sana.

Amalan pada Hari Raya Ghadir Khum

Menurut banyak riwayat yang berasal dari para imam, berkaitan dengan hari raya al-Ghadir, sejumlah aktiviti sosial dianjurkan untuk dilakukan pada hari raya tersebut.

Imam Ali Ibn Musa Ar-Reza as berkata:

“ Barangsiapa yang berada di Najaful Ashraf pada hari ini bagi menunaikan ziarah Imam Ali bin Abi Talib as akan mendapat ganjaran yang tinggi (besar). Bersedekahlah pada hari ini sebanyak mungkin yang kamu mampu dengan nama Allah swt kepada mereka yang kurang berkemampuan, kerana “Hari Al-Ghadeer” adalah dikhususkan untuk membantu mereka yang berhak.”

Amalan yang dianjurkan pada hari Al-Ghadeer

  1. Mandi sunat (Ghusl), memakai pakaian baru atau yang terbaik serta memakai wangi-wangian.
  2. Berpuasa pada hari Al-Ghadir
  3. Beribadah pada malam sebelum Hari Raya Al-Ghadir
  4. Membaca Ziarah khusus buat Imam Ali bin Abi Talib as

(i) Ziarah Ameenallah

(ii) Ziarah Mut’laqah

Membaca doa ziarah kepada Imam Ali as membawa makna sebagai penegasan kembali kesetiaan sumpah kita kepadanya , keyakinan kita kepada kepimpinannya, dan kesetiaan kita kepada para imam melalui keterikatan kepada urusan-urusan mereka.

  1. Membaca Doa Nudbah
  2. Solat sunat 2 rakaat sebelum waktu tengahari seperti di bawah:-

Dalam setiap rakaat selepas bacaan Surah Al-Fatihah, baca

(i) Surah Al-Ikhlas 10 kali (ii) Ayat Kursi 10 kali (iii) Surah Al-Qadr 10 kali (iv) Selepas salam, sujud sambil membaca ALHAMDULILLAH SYUKRON LILLAH 100 kali. Kemudian duduk sambil membaca Doa I’ed Al-Ghadir. Kemudian sujud dan baca ALHAMDULILLAH 100 kali dan SYUKRON LILLAH 100 kali.

Barangsiapa yang melaksanakan amalan ini pada hari ini akan mendapat ganjaran sebagaimana mereka yang hadir pada peristiwa Ghadir dan mendengar deklarasi serta menerimanya dengan benar.

  1. Kita boleh melahirkan perasaan kegembiraan dan kesyukuran kita,baik secara dalaman mahupun luaran dalam apa jua bentuk yang sesuai untuk meneruskan cara hidup kita berlandaskan ajaran Islam yang sebenar. Ianya amat digalakkan untuk menggembirakan Mukminin, saling-mengunjungi dan memberikan hadiah serta mensedekahkan barang yang dicintai kepada mereka yang lebih memerlukan. Juga dianjurkan untuk menjemput sahabat serta saudara-mara untuk makan bersama sambil berselawat ke atas junjungan besar Nabi Muhammad saw dan keluarganya sebanyak mungkin.
  2. Pada waktu bertemu dengan saudara Mukmin bacalah:

اَلْحَمْدُ للهِ الّذى جَعَلَنا مِنَ الْمُتَمَسِّكينَ بِوِلايَةِ اَميرِ الْمُؤْمِنينَ وَالاَئِمَّةِ عَلَيْهِمُ السَّلامُ

Segala puji bagi Allah yang memberi rahmat kepada kami dengan bersama mereka yang berpegang teguh kepada “Wilayat“ (cinta, persahabatan dan kepimpinan) Amirul Mukminin dan semua Imam as.

Praise be to Allah, who blessed us to be among -those who cling and hold to the "Wilayaat" (love, friendship and authority) of Ameer Al Momineen and all the Imams, peace be on them all.

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذى اَكْرَمَنا بِهذَا الْيَوْمِ وَجَعَلَنا مِنَ الْمُوفنَ،

بِعَهْدِهِ اِلَيْنا وَميثاقِهِ الّذى واثَقَنا بِهِ مِنْ وِلايَةِ وُلاةِ اَمْرِهِ وَالْقَوّامِ بِقِسْطِهِ،

.الدِّينَوَلَمْ يَجْعَلْنا مِنَ الْجاحِدينَ وَالْمُكَذِّبينَ بِيَوْم

Segala puji bagi Allah swt yang telah mengurniakan kami dengan hari ini, dan memasukkan kami di kalangan mereka yang telah diberikan apa yang dijanjikan kepada mereka, dan telah mengikat bersama-sama dengan ikatan perjanjian yang penuh keyakinan terhadap kepimpinan penjaga syariat agama yang telah melaksanakan keadilan (hukum); dan tidak membiarkan kami berada di kalangan mereka yang lebih mengetahui tetapi mengabaikan kebenaran serta menganggap Hari Penghitungan sebagai sesuatu yang sia-sia.

Praise be to Allah who honoured us with this day, and included us among those who have been given all that which was promised to them, and have been tied together with the bonds of contract to have full confidence in the authority of the guardians of the religious laws who established justice; and did not disgrace us to be among those who know better but deny the truth and treat the Day of Judgement as a false fable.

  1. Kemudian baca seperti berikut 100 kali:-

Segala puji bagi Allah yang telah menyempurnakan agama-Nya dan melengkapkan nikmat-Nya dengan wilayah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as.

  1. Membaca syair dan khutbah mengenai peristiwa penting pada hari itu. Selain itu, membacakan keutamaan ahlul bait Nabi saw, khususnya memperbanyak menyampaikan selawat kepada mereka serta mengekspresikan kebencian atas musuh-musuh mereka adalah di antara aktiviti-aktiviti yang digalakkan pada hari tersebut.




disediakan oleh Nurul Zahilla Azlan

References

  1. www.ziarat.org
  2. www.al-islam.org/ghadir
  3. What Happened? Peristiwa Seputar Haji Terakhir, M.B. Ansari, Al-Huda.
  4. Imam Penerus Nabi Muhammad saw, Musa Kazhim, Lentera.

1 comment:

Anonymous said...

Nice dispatch and this post helped me alot in my college assignement. Thanks you for your information.